Mataram, 21/11 (ANTARA) - Provinsi Nusa Tenggara Barat menjadi tuan rumah penyelenggaraan Forum Ekspor Kawasan Timur Indonesia, yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan, 21-23 November 2011.
"NTB tuan rumah dan penyelenggaraannya di Mataram, yang akan dihadiri Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi," kata Kabag Humas dan Protokoler Setda Nusa Tenggara Barat (NTB) H Lalu Moh Faozal, di Mataram, Senin.
Ia mengatakan, pembukaan Forum Ekspor Kawasan Timur Indonesia itu akan digelar Selasa (22/11) pukul 11.00 Wita, di Hotel Lombok Raya, Mataram.
Forum Ekspor Kawasan Timur Indonesia 2011 difokuskan pada peningkatan ekspor perikanan dan hasil laut, namun melibatkan instansi teknis terkait seperti perpajakan dan kepabeanan serta Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, selain bidang terkait di Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Juga diagendakan kegiatan konsultasi bisnis guna mendiskusikan peluang pasar, yang melibatkan Atase Perdagangan dari Republik Rakyat Thiongkok (RRT) dan Korea Selatan (Korsel)," ujarnya.
Selain forum diskusi dan kunsultasi, juga digendakan kunjungan lapangan ke sejumlah lokasi, seperti PT Phoenix Mas Persada di Cakranegara Kota Mataram, yang sukses mengembangkan produk olahan rumput laut, dan Lipco Galery yang memperdagangkan kerajinan mutiara.
Lokasi lainnya yang juga akan dikunjungi peserta Forum Ekspor Kawasan Timur Indonesia, yakni pasar seni tradisional yang menjajakan produk kerajinan kayu dan anyaman di Sayang-Sayang Mataram, dan kerajinan tenun tradisional di Lombok Tengah yang dikelola Denis Lombok Art.
Pemprov NTB akan mempresentasikan potensi ekspor perikanan dan hasil laut yang layak dikembangkan di masa mendatang.
Versi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, dengan luas laut 29.159,04 kilometer persegi dan panjang garis pantai sekitar 2.333 kilometer, NTB memiliki potensi lestasi perikanan laut sekitar 428.439 ton, yang tersebar di perairan pesisir sekitar 67.906 ton dan perairan lepas pantai sebesar 61.957 ton.
Sejauh ini, NTB sudah mengekspor komoditi rumput laut dan mutiara, meski masih harus melalui pelabuhan ekspor di Pulau Jawa karena belum memiliki pelabuhan ekspor sendiri.
Provinsi NTB berpotensi menghasilkan jutaan ton rumput laut pada areal seluas 41 ribu hektare. Kini produksinya sudah lebih dari 100 ribu ton.
Demikian pula, potensi produksi mutiara dalam jumlah banyak dengan daya dukungan lahan 19.056 hektare yang dapat memproduksi rata-rata sebanyak 600 kilogram/tahun, dan kualitasnya menembus pasar internasional.
Jumlah perajin mutiara di wilayah NTB telah mencapai 2.000 orang lebih, terbanyak di Pulau Lombok.
PT Budidaya Mutiaratama yang merupakan bagian dari Kyoko Group, misalnya, pernah memproduksi 208,068 kilogram/tahun dengan nilai ekspor sebesar 1.331.514 dolar AS atau setara dengan Rp12,65 miliar.
Hasil penelitian Departemen Kelautan dan Perikanan, mutiara produk NTB diklasifikasikan dalam golongan A (kualitas tinggi), B (sedang) dan C (rendah). Klasifikasi A memiliki nilai jual Rp1 juta/gram, B Rp150 ribu/gram dan klasifikasi C sebesar Rp100/gram.
Sekitar 10-30 persen dari total produksi mutiara NTB setiap tahun diantarpulaukan ke Surabaya dan Jakarta untuk selanjutnya diekspor ke berbagai negara oleh 38 orang pengusaha mutiara. (*)