Surabaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebut kasus pneumonia pada balita di Kota Pahlawan, Jatim, pada tahun 2022 mengalami penurunan, dari 8.760 kasus pada periode Januari-Agustus 2021 menjadi 8.080 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Selasa, mengatakan pihaknya terus berupaya mengatasi pneumonia atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita dengan melakukan deteksi dini pada setiap balita yang memiliki keluhan batuk dengan/tanpa kesulitan nafas. "Di usia itu merupakan usia rentan, dimana kekebalan tubuh belum terbentuk secara optimal," kata Nanik.
Nanik mengatakan berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, perkiraan kasus pneumonia pada balita di Kota Surabaya sebanyak 12.900. Sedangkan penemuan Dinkes Surabaya pada kasus pneumonia pada balita pada periode Januari-Agustus 2022 hanya 8.080 kasus, dengan usia dominan antara 1-5 tahun.
Sedangkan berdasarkan deteksi dini ISPA Pneumonia di Surabaya untuk semua usia terdapat 11.512 kasus. Dia menjelaskan penyebab anak-anak dengan usia 1-5 tahun terpapar pneumonia, karena sering berinteraksi dengan banyak orang, serta mengunjungi berbagai tempat. Sehingga, berisiko terpapar virus/kuman penyebab infeksi saluran pernafasan menjadi lebih besar dibanding usia bayi 0-1 tahun.
"Kasus pneumonia pada balita di tahun 2021 sebanyak 8.760, sedangkan di tahun 2022 per Agustus 8.080 kasus. Total kasus pada semua usia di tahun 2021 sebanyak 17.693, sedangkan tahun 2022 per Agustus mencapai 11.512," kata dia.
Untuk mengatasi hal tersebut, Dinkes Surabaya melakukan upaya medis terhadap penderita pneumonia, khususnya pada penderita balita, di antaranya melakukan penatalaksanaan kasus sesuai kondisi klinis dan menelaah faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti riwayat imunisasi.
Baca juga: Satgas minta nakes tingkatkan kemampuan diagnosis Monkeypox
Baca juga: Masyarakat diimbau tetap disiplin prokes pandemi belum berakhir
"Memperhatikan status gizi serta kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat, kemudian diberikan intervensi apabila ada yang belum optimal," ujar dia. Nanik meminta masyarakat Surabaya untuk menekankan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah terjangkit pneumonia, yakni membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun, sebelum dan sesudah beraktivitas.
"Mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, minum vitamin, menggunakan masker di tempat umum dan berisiko, melakukan imunisasi lengkap pada balita, serta menghindari paparan debu, asap rokok dan polusi," kata dia.
Nanik mengimbau masyarakat untuk mewujudkan lingkungan/rumah yang bersih dan sehat, memiliki ventilasi dan pencahayaan matahari, serta bebas asap rokok. "Selalu melaksanakan protokol kesehatan, mengingat pandemi COVID-19 belum berakhir. Sebab, penularan pneumonia memiliki mekanisme yang sama dengan penularan COVID-19, yaitu penularan melalui udara," kata Nanik.