KAPOLDA NTB: ISU PERTIKAIAN ETNIS SEMUANYA BOHONG
Mataram, 17/11 (ANTARA) - Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) Brigjen Pol M Iriawan menegaskan bahwa berbagai isu pertikaian etnis yang dikemas dalam isu penculikan anak dan dukun santet yang sempat merebak di wilayah itu, semuanya bohong sehingga tidak patut dipercaya.
"Beberapa waktu lalu sempat beredar berbagai isu terkait etnis, yang dikemas dalam isu penculikan anak dan dukun santet, yang membuat kami semua sibuk menangani dampaknya, tetapi itu semua bohong, tidak benar," kata Iriawan, pada kegiatan pembekalan peserta Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) ke-33, di Mataram, Sabtu.
Latsitardanus 2012 itu dipusatkan di Pulau Lombok, NTB, selama sebulan, terhitung sejak 17 November hingga 17 Desember 2012, yang diikuti lebih dari 1.200 orang.
Peserta Latsitadanus itu berasal dari para taruna tiga kesatuan di TNI yakni Angkatan Darat, Udara, dan Laut, serta polri dan taruna Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), dan para mahasiswa.
Menurut Direktur Pendidikan Akademi TNI Brigjen TNI Agung Suaradhana, secara keseluruhan peserta dan instruktur serta pembina Latsitardanus 2012 itu mencapai lebih dari 1.200 orang.
Peserta dari Akademi Militer sebanyak 239 orang, Akademi Angkatan Laut (AAL) sebanyak 105 orang, Akademi Angkatan Udara (AAU) sebanyak 109 orang, Akademi Kepolisian (Akpol) sebanyak 293 orang terdiri dari taruna sebanyak 244 orang dan taruni 45 orang.
Peserta dari unsur praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) sebanyak 200 orang, terdiri dari 150 orang praja laki-laki dan 50 orang praja wanita, dan mahasiswa sebanyak 162 orang, terdiri dari mahasiswa sebanyak 102 orang dan mahasiswi sebanyak 60 orang.
Namun, hanya sekitar 700 orang yang dapat mengikuti kegiatan pembekalan itu, karena selain alasan tempat, juga adanya kegiatan lain yang diikuti sebagian peserta Latsitardanus.
Kapolda NTB merupakan satu dari tiga pimpinan institusi yang memberi pembekalan kepada para peserta Latsitardanus itu. Dua orang lainnya yakni Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, dan Komandan Korem (Danrem) 162/Wira Bhakti Kolonel Inf Zulfardi Junin.
Iriawan memaparkan situasi kamtibmas di wilayah NTB, yang dipengaruhi berbagai aspek seperti demografi, ekonomi, sosial budaya, politik, dan keamanan.
"Kalian (peserta Latsitardanus) semua harus tahu situasi di NTB terutama Lombok karena akan ada kegiatan di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok utara. Kamtibmas cukup kondusif, meskipun beberapa waktu lalu disibukkan dengan isu penculikan dan dukun santet, tapi sekarang sudah aman dan kondusif," ujarnya.
Menurut Iriawan, isu itu disebar menggunakan pesan singkat (SMS) dan layanan BBM (Blackbery Mesenger) yang menyebut akan ada penculikan anak sebanyak 400 orang untuk diambil organ tubuhnya, dan seolah-olah pesan itu disampaikan oleh Kapolres Mataram.
Bahkan, yang sangat menyesatkan penculik itu menggunakan kendaraan dengan plat nomor DH (mencirikan daerah dengan mayoritas agama tertentu), dengan ciri-ciri penculik bertato kawat berduri (mencirikan agama tertentu).
Isu menyesatkan itu merebak di Pulau Lombok dan daerah sekitarnya sekitar sebulan sebelumnya, hingga pecah menjadi gejolak sosial pada Minggu (21/10) malam.
Selama empat hari, kelompok masyarakat tertentu yang termakan isu menyesatkan itu bertindak anarkis dan main hakim sendiri. Akibatnya lima orang tewas dianiaya, dan sejumlah kendaraan dirusak.
"Itu isu luar biasa, tetapi sudah kondusif, dan semua pelaku pembunuhan itu sudah kami tangkap, dan semua pihak mendukung upaya penegakan hukum," ujarnya.
Kapolda juga mengingatkan para peserta Latsitardanus itu agar jika selama berada di Pulau Lombok, NTB, lalu mendapatkan pesan berisi isu seperti itu atau isu menyesatkan lainnya, agar tidak meneruskan ke pihak lainnya.
Menurut dia, isu menyesatkan masih mungkin bergulir, meskipun berganti topik, seperti isu minyak babi yang merebak di rumah makan di Pulau Lombok, yang hanya suatu kebohongan.
"Jadi, para peserta Latsitardanus mohon waspadai, dan apabila menerima isu itu maka jangan disebarkan karena itu tidak benar, bohong semua," ujarnya. (*)