Mataram, 27/12 (ANTARA) - Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Mataram memproduksi beberapa jenis alat mesin pertanian (Alsintan) untuk menunjang program unggulan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di sektor pertanian.
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 4 Mataram H Umar, di Mataram, Kamis, mengatakan, jenis alat mesin pertanian yang sudah diproduksi, yakni mesin emping jagung, mesin pembuat abon, mesin pemotong kulit sapi kering dan mesin pemotong kulit sapi basah.
"Empat jenis alsintan itu dipesan oleh Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Provinsi NTB. Semuanya sudah didistribusikan ke para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaannya," katanya.
Ia mengatakan, mesin pembuat emping jagung berkapasitas 200 kilogram per jam itu dijual dengan harga Rp15 juta.
Alat itu rencananya akan dipatenkan, sehingga produksi pelaku UMKM bisa dipasarkan tidak hanya di pasar tradisional, tetapi juga di pasar modern.
Sementara harga mesin pemotong kulit sapi basah Rp12 juta dengan kapasitas 50 kilogram per jam, sedangkan mesin pemotong kulit sapi kering Rp11 juta dengan ukuran panjang pemotongan minimal satu centimeter.
Kedua mesin pemotong kulit sapi tersebut sudah diujicoba oleh Bakorluh NTB, sebelum didistribusikan ke pelaku UMKM di Kelurahan Seganteng, Kota Mataram, yang memproduksi kerupuk kulit sapi.
Untuk harga mesin pembuat abon, kata Umar, yakni Rp4 juta per unit dengan kapasitas sesuai kebutuhan.
"Keempat jenis alsintan itu diproduksi oleh siswa jurusan mesin dan las. Kami diminta oleh Bakorluh untuk memproduksi itu dalam rangka mendukung program pengembangan agrobisnis sapi, jagung dan rumput laut atau Pijar," ujarnya.
Menurut dia, adanya kerja sama SMKN 4 Mataram dengan Pemerintah Provinsi NTB dalam hal produksi alsintan cukup membantu biaya operasional praktikum siswa.
Biaya operasional praktikum SMKN 4 Mataram, terutama siswa jurusan mesin dan las relatif besar, yakni mencapai Rp300 ribu per bulan, sementara dana dari pemerintah belum mencukupi.
Untuk itu, kata Umar, pihaknya mencoba menyiasatinya dengan cara mengadakan praktikum produktif atau praktik membuat produk yang bisa dijual.
"Kami sudah mencoba menerapkan pola itu. Bahkan, pagar SMKN 4 Mataram yang mengerjakan siswa jurusan las. Mereka bekerja sekaligus praktik," ujarnya.
(ant)