Ambon (ANTARA) - Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku, Jacqueline Sahetapy M.Si mengatakan kurangnya peminat olahan ikan air tawar menjadi faktor utama minimnya budidaya tersebut di Maluku. “Memang mudah untuk dibudidaya, namun peminat olahannya sedikit di Maluku ini,” ujarnya di Ambon, Senin.
Menurutnya, di Maluku, masih banyak masyarakat yang enggan mengonsumsi ikan air tawar hal itu disebabkan lantaran selera dan kebiasaan masyarakat kepulauan yang biasa mengonsumsi olahan ikan air laut. “Itu soal selera, ya, meskipun banyak warung-warung makan yang sudah menjual olahan ikan air tawar seperti lalapan lele, tapi kembali lagi ke selera masyarakat masing-masing,” kata dia.
Padahal, sama dengan ikan air laut, ikan air tawar juga kaya akan kandungan nutrisi, seperti asam lemak omega-3, protein, mineral, vitamin, serta rendah lemak jenuh.
Baca juga: Hilirisasi perikanan perlu diperkuat dengan investasi
Baca juga: KKP optimistis Perppu Cipta Kerja perkuat budi daya laut
Jacqueline mengatakan saat ini baru ada dua titik budidaya ikan air tawar di Pulau Ambon yaknii di kawasan Seri dan Taeno, namun budidaya ikan air tawar di Taeno terancam berhenti lantaran tak menemukan pembelinya. Minimnya daya beli dan minat masyarakat tersebut menjadi tantangan tersendiri jika ingin membudidaya ikan air tawar. “Contoh di Seri itu ada sekitar 10 sampai 15 keluarga yang membudidaya ikan koi dan ikan nila,” ujarnya.
Untuk itu Jacqueline berharap Pemerintah Provinsi Maluku bisa memperhatikan hal tersebut agar masyarakat memiliki pilihan lain untuk meningkatkan perekonomiannya.*