Moeldoko sebut organisasi keagamaan terus junjung tinggi inklusivitas

id Moeldoko, organisasi keagamaan,FKUB, Menag

Moeldoko sebut organisasi keagamaan terus junjung tinggi inklusivitas

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerima sejumlah perwakilan angkatan sarjana, ikatan putri serta ikatan guru dan dosen dari organisasi Al Jam'iyatul Washliyah, di Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (28/2/2023). (ANTARA/HO-Kantor Staf Presiden)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menekankan pentingnya bagi organisasi keagamaan untuk terus menjunjung tinggi nilai-nilai inklusivitas dan tidak membeda-bedakan setiap kelompok.

"Saya juga berpesan agar nilai inklusivitas terus dijunjung tinggi. Tidak ada lagi istilah minoritas dan mayoritas karena negara ini dibangun bersama-sama, melalui kebersamaan dalam sebuah kebhinekaan,” kata Moeldoko saat menerima sejumlah perwakilan angkatan sarjana, ikatan putri serta ikatan guru dan dosen dari organisasi Al Jam'iyatul Washliyah, di Jakarta, Selasa.

Sebagaimana siaran pers Kantor Staf Presiden (KSP) yang diterima di Jakarta, Selasa, Moeldoko mengajak organisasi Al Jam'iyatul Washliyah selalu melakukan pendekatan yang inklusif, membangun, dan mengembangkan sebuah lingkungan yang terbuka bagi semua pihak.

Dia menekankan dalam kehidupan berbangsa tidak boleh ada ekslusivitas yang membedakan satu organisasi keagamaan dengan yang lainnya “Saya sangat berharap organisasi Al Washliyah bisa menjadi bagian penting dari pembangunan bangsa ini,” kata dia.

Organisasi Al Jam’iyatul Washliyah, atau yang lebih dikenal dengan Al Washliyah, merupakan organisasi Islam yang didirikan di Medan, Sumatra Utara pada 1930. Al Washliyah menjadi salah satu organisasi yang turut berjuang melepaskan bangsa Indonesia dari penjajahan.

Tidak hanya fokus pada pengamalan ajaran Islam, Al Washliyah saat ini juga memiliki berbagai gagasan program di berbagai bidang kepemudaan di ranah politik, intelektual dan pembangunan ekonomi. Moeldoko berharap Al Jam’iyatul Washliyah dapat selalu mengeluarkan gagasan progresif.

Baca juga: Menteri PPPA Lembaga keagamaan penting lindungi perempuan dan anak
Baca juga: Kegiatan keagamaan di Borobudur jadi daya tarik umat Buddha dunia


“Organisasinya memang sudah tua tapi pemikirannya harus tetap muda. Pikiran progresif menjadi penting di tengah situasi global dengan perubahan yang luar biasa, kecepatan tinggi, kompleksitas tinggi dan selalu punya faktor kejutan. Cara menghadapi situasi tidak menentu ini adalah tetap berpikir progresif, agar tidak tertinggal,” ujar Moeldoko.