Jakarta (ANTARA) -
Ia menjelaskan, survei anggota APJII pada tahun 2022 yang memprediksi penjualan ISP menurun sebanyak 7,95 persen. Sementara pada tahun 2023 yang memprediksi penjualan ISP menurun sebanyak 6,70 persen.
Selanjutnya, anggota yang memprediksi penjualan ISP meningkat mulai 0 sampai 20 persen pada tahun 2023 sebanyak 39.30 persen. Sedangkan yang memprediksi peningkatan mulai 50 hingga 100 persen sebanyak 10,90 persen, dan prediksi peningkatan penjualan ISP di atas 100 persen sebanyak 2,90 persen.
Menurut dia, hasil survei tersebut sejalan dengan upaya untuk mengakselerasi teknologi digital, sehingga turut meningkatkan konsumsi internet di Indonesia. "Ini sejalan dengan upaya pemerintah mendorong digitalisasi di segala bidang. Faktor lainnya adalah pandemi yang membuat penetrasi digital terus meningkat," ujarnya.
Lebih lanjut Zulfadly menyampaikan bahwa mayoritas responden survei memperkirakan Growing Stage (industri ISP akan bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi) sebanyak 50,63 persen.
Starting up Stage (industri bertumbuh namun pertumbuhannya masih relatif rendah) sebanyak 23.85 persen. Sebanyak 20.92 persen responden menganggap Shakeout Stage (industri bertumbuh tetapi sudah mulai stagnan).
Baca juga: APJII dan Telkomsat tingkatkan penetrasi internet di Indonesia
Baca juga: APJII-AFPI jalin kerjasama dukung perluasan digitalisasi
Kemudian sisanya menganggap industri tidak lagi bertumbuh dan cenderung mengalami penurunan (Maturity Stage) dan bahkan mengalami penurunan (Declining Stage). Hasil survei tersebut diperoleh dari partisipasi 562 responden anggota APJII yang tersebar di seluruh Indonesia, dari total yang berjumlah 894 anggota. Adapun survei dilakukan bersama dengan SRA Consulting melalui metode blasting secara online.