Kota Mataram kekurangan Regu Tanam Jajar Legowo

id Kota Mataram

Padahal di daerah kita terdapat 286 kelompok tani, sehingga kekurangan regu tanam sangat banyak
Mataram,  (Antara)- Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, masih kekurangan regu tanam jajar legowo, akibatnya saat tiba musim tanam padi harus mendatangkan regu tanam dari Lombok Barat yang merupakan kabupaten induk.

Kepala Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Mataram Hj Tasnim Santiani di Mataram, Minggu, mengatakan, saat ini di wilayahnya hanya terdapat tiga regu tanam, masing-masing beranggotakan 10 hingga 15 orang.

Dikatakan, jumlah regu tanam tersebut sangat jauh dari kebutuhan, karena minimal satu kecamatan seharusnya memiliki satu regu tanam, dan idealnya satu kelompok tani memiliki satu regu tanam. "Padahal di daerah kita terdapat 286 kelompok tani, sehingga kekurangan regu tanam sangat banyak," ucapnya.

Menurutnya, keberadaan regu taman jajar legowo ini sangat penting dalam penerapan tanam padi sistem jajar legowo dan pelaksanaan program Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu (SLPTT).

"Sistem jajar legowo ada tiga, yakni jajar legowo 2:1, jajar legowo 3:1, dan jajar legowo 4:1. Namun dari tiga sistem itu pola tanam 2:1 dinilai memiliki hasil paling maksimal," katanya.

Dia mengatakan dengan pola tanam jajar legowo itu, sudah diuji coba pada lahan seluas 30 persen dari 2.000 hektare lahan pertanian di Kota Mataram. Produktivitas padi yang dihasilkan petani bisa mencapai tujuh ton per hentare, biasanya maksimal lima ton per hektare.

Ia mengatakan, jajar legowo merupakan cara tanam dengan beberapa barisan tanaman kemudian diselingi satu baris kosong. Jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanaman pada baris tengah.

"Tujuannya, untuk meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam, sehingga hasilnya diharapkan bisa lebih maksimal," katanya.

Terkait dengan hal itu, pihaknya merencanakan pada 2015 melakukan perekrutan dan pelatihan regu tanam di Kota Mataram, dengan sasaran prioritas laki-laki, sebab selama ini regu tanam kebanyakan dari kaum perempuan.

Tasnim menilai, minimnya kemauan dari masyarakat untuk menjadi anggota regu tanam karena kondisi warga di kota berbeda degan masyarakat di kabupaten. Masyarakat kota memiliki banyak peluang usaha lain, sementara masyarakat di kabupaten masih banyak membutuhkan pekerjaan.

Akan tetapi, lanjut Tasnim, upah satu regu untuk satu kali taman pola jajar legowo mencapai Rp1,5 juta, dengan harapan bisa menjadi motivasi masyarakat untuk menggelutinya. Dengan pola tanam biasa upah yang didapat selama ini hanya Rp1 juta.

"Dengan adanya selisih upah tersebut, kita berharap banyak masyarakat yang mau menjadi regu tanam agar kita tidak kekurangan regu tanam lagi," katanya.