Kemenkes dan IFC bersinergi tingkatkan ketahanan sektor kesehatan

id kemenkes,pandemi covid-19,produksi alat kesehatan dalam negeri,IFC

Kemenkes dan IFC bersinergi tingkatkan ketahanan sektor kesehatan

Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes L. Rizka Andalusia dan Direktur Regional IFC Asia Timur dan Pasifik Kim-See Lim ketika menandatangani MOU yang disaksikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Senin (15/5/2023). (FOTO ANTARA/HO-Kemenkes)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan bersama International Finance Corporation (IFC) bersinergi untuk meningkatkan upaya ketahanan dan pertumbuhan sektor kesehatan, sekaligus menarik investasi dan transfer teknologi untuk menggerakkan ekonomi Indonesia usai pandemi COVID-19.
 

"Saya berharap bahwa pelajaran dari COVID-19 akan memacu kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Semoga agenda penting ini dapat memicu industri farmasi dan alat kesehatan nasional untuk terus berkarya dan berinovasi dalam mendukung produksi obat dan alat kesehatan dalam negeri," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.

Menkes mengatakan tujuan dari kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepahaman (MOU) itu, ditujukan agar program penjajakan peluang bisa memperkuat pengembangan proyek sektor kesehatan di Indonesia.

Proyek tersebut dikhususkan pada bidang kefarmasian, vaksin, dan teknologi kesehatan yang sejalan dengan transformasi sistem kesehatan Indonesia. Sebab setelah dicabutnya status pandemi COVID-19 global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), katanya, pemerintah ingin memfokuskan kembali sistem kesehatan dan peningkatan kapasitas produksi industri farmasi dan alat kesehatan sehingga kebutuhan pelayanan kesehatan yang mudah diakses dan terjangkau bisa terpenuhi.

Ia mengataan itu dilatarbelakangi oleh situasi di Indonesia pada awal pandemi, sektor farmasi dan alat kesehatan Indonesia masih bergantung signifikan pada impor. Misalnya sebanyak 90 persen bahan baku obat masih diimpor, 88 persen transaksi alat kesehatan di e-katalog merupakan produk impor, serta rendahnya pendanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan di Indonesia.

Selain itu, berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan agenda transformasi, termasuk antara lain dengan menjalin koordinasi lintas sektor untuk jejaring riset, transfer teknologi dan kerja sama global untuk inovasi pengembangan bahan baku obat dan alat kesehatan produksi dalam negeri.

Menkes berharap kemitraan yang terjalin akan membantu mengatasi beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri farmasi dan alat kesehatan yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing industri dan daya saing nasional.

“Pandemi COVID-19 memberikan pembelajaran sangat penting dalam sektor kesehatan di Indonesia dan menjadi tonggak Kemenkes melakukan transformasi melalui kebijakan yang terintegrasi dari hulu sampai ke hilir. Salah satunya dengan meningkatkan ketahanan sektor farmasi dan alat kesehatan,” kata Budi Gunadi Sadikin.

Baca juga: Kemenkes temukan 20.783 kasus sifilis tahun 2022
Baca juga: Keputusan akhiri darurat kesehatan berada di tangan Presiden

Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik Kim-See Lim menambahkan kolaborasi itu menandai babak baru dalam program Health Public and Private Partnership, yang sangat penting untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan dan menciptakan lebih banyak investasi di dalam negeri.

Melalui kerja sama ini, dirinya berharap industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri mampu meningkatkan kapasitas produksinya, mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan memperoleh akses seluas-luasnya terhadap peluang investasi dari luar negeri.