Mataram (Antara NTB) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat mendorong masyarakat untuk memelihara rusa agar populasi fauna ikon daerah tersebut bisa bertambah banyak.
"Populasi fauna ikon daerah ini sebenarnya tidak punah karena masyarakat mulai melakukan penangkaran di lahannya, tapi kami ingin agar lebih banyak lagi masyarakat yang mengembangbiakkan," kata Kepala Balai Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Barat (NTB) Widada, di Mataram, Kamis.
Alasan lain mendorong masyarakat memelihara rusa, kata dia, adalah karena fauna tersebut bisa menjadi ikon kuliner NTB. Artinya, dengan makin bertambah banyak populasi di masyarakat, pasokan untuk kebutuhan bahan baku kuliner bisa terpenuhi tanpa harus memburu di kawasan hutan lindung.
"Rusa sudah menjadi ikon NTB. Sebenarnya, bisa juga menjadi ikon kuliner, tapi tentu harus disertai upaya pemeliharaan di tingkat masyarakat, sehingga populasi di hutan lindung terjaga," ujarnya.
Widada menyebutkan jumlah penangkar rusa berizin yang sudah terdata sebanyak 49 orang dengan jumlah populasi mencapai 460 ekor. Sebagian besar berada di Pulau Lombok, NTB.
"Kami siap membantu masyarakat dalam mengurus perizinan penangkaran, yang penting memiliki lahan dan bisa melakukan pemeliharaan dengan baik agar tidak terjadi kematian," katanya.
Ia menjelaskan izin penangkaran rusa berlaku selama lima tahun, dan sesuai ketentuan setiap perpanjangan izin, pemegang izin wajib menyerahkan 10 persen hasil pengembangbiakan rusa kepada petugas BKSDA, untuk dilepas kembali ke habitatnya.
Rusa yang berkembang biak secara alami di wilayah NTB merupakan jenis rusa Timor (Cervus Timorensis) dari sub genus Timorensis Lloresiensis Heude.
Rusa Timor itu menyebar di kawasan hutan Gunung Rinjani (Lombok), Taman Wisata Berburu (TWB) Tuna (Lombok Tengah), Gunung Tambora (Sumbawa), Pulau Moyo (Sumbawa), Cagar Alam Lambu (Kabupaten Bima), Pulau Satonda (Dompu), dan Pulau Sangiang (Bima).
Hasil survei populasi Rusa yang dilakukan BKSDA NTB setiap 10 tahun sekali, yakni pada1985 jumlah rusa di Pulau Moyo tercatat sekitar 6.000 ekor rusa, yang berkurang menjadi sekitar 3.000 ekor sesuai hasil survei 1995, dan berkurang lagi menjadi 1.000 ekor lebih sesuai hasil survei 2005.
Pulau Moyo merupakan salah satu dari 20 lokasi kawasan konservasi alam taman yang dikelola BKSDA NTB. Selebihnya taman wisata alam, taman wisata berburu, dan cagar alam.
Menurut data BKSDA NTB, populasi rusa semakin berkurang karena maraknya praktik perburuan liar. (*)
BKSDA NTB dorong masyarakat pelihara rusa
"Populasi fauna ikon daerah ini sebenarnya tidak punah karena masyarakat mulai melakukan penangkaran di lahannya"