Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kekeringan meteorologis tetap berpotensi terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023, meskipun sempat diguyur hujan lebat pada pekan lalu.
"Di periode musim kemarau ini, masyarakat NTB diimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif, dan efisien," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Suci Agustiariani dalam keterangannya di Mataram, Senin.
BMKG menyatakan peringatan dini kekeringan meteorologis pada Level Awas terdapat di Kabupaten Lombok Timur pada Kecamatan Sambelia, dan Kabupaten Utara pada Kecamatan Bayan. Sedangkan Level Siaga terdapat di Kabupaten Sumbawa pada Kecamatan Utan dan Level Waspada terdapat di Kabupaten Sumbawa pada Kecamatan Buer.
"Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang dapat terjadi pada periode musim kemarau ini," katanya.
Informasi terkini kondisi dinamika atmosfer terakhir menunjukkan Indeks ENSO berada pada kondisi El Nino Lemah (Indeks ENSO: +0.89) yang sudah berlangsung sejak awal Juni 2023.
Indeks Indian Ocean Dipole (IOD) pada akhir Juni 2023 menunjukkan kondisi Netral (+0.21) dan diprakirakan kondisi IOD positif akan kembali terjadi setidaknya hingga Oktober 2023.
"Aliran massa udara umumnya didominasi angin timuran dan merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejak Juni 2023," katanya.
Anomali suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia umumnya menunjukkan kondisi hangat (+0.41°C). Di wilayah perairan Jawa-Nusa Tenggara anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi lebih hangat.
"Hangatnya suhu muka laut sekitar wilayah perairan NTB ini masih dapat mendukung terjadinya pembentukan awan hujan dalam beberapa waktu ke depan, walaupun saat ini musim kemarau telah berlangsung secara merata di wilayah NTB," katanya.