Mataram (ANTARA) - Tim SAR Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama aparat gabungan mengevakuasi jasad warga negara ssing (WNA) asal India yang ditemukan meninggal dunia di Pantai Gili Air, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.
"Identitas korban belum bisa diketahui, karena belum ada kerabat maupun tempat korban menginap melakukan koordinasi," kata Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi di Mataram, Minggu. Penemuan warga negara asing yang meninggal tersebut, diduga tenggelam di depan salah satu penginapan di center Gili Air itu diduga berasal dari India berdasarkan ciri-ciri fisik. Korban tersebut pertama kali dilihat oleh Jamil Kapten Boat Asal Sira.
Kemudian Jamil meminta tolong kepada warga lainnya dan langsung mengambil jasad korban tersebut menggunakan kano dan menghubungi dokter klinik terdekat. "Setelah sampai di klinik, dokter melakukan tindakan pertolongan pertama pada korban," katanya.
Menurut keterangan dokter dari nusa media klinik bahwa setelah melakukan bantuan selama 30 menit, korban dinyatakan meninggal dunia. "Korban dinyatakan meninggal dunia,'" katanya. Pihaknya yang mendapatkan informasi langsung turun melakukan evakuasi terhadap jasad korban. "Penyebab kematian korban masih dilakukan penyelidikan oleh aparat kepolisian," katanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada puncak musim kemarau 2023. "Waspadai potensi gelombang yang mencapai 2 meter lebih," kata Prakirawan BMKG Zaenal Abdul Majid, Lombok, Ari Wibianto.
Potensi gelombang tinggi itu terjadi di wilayah selat Lombok bagian utara dan selatan, selat Alas bagian selatan, selat Sape bagian selatan dan samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat. "Warga yang ada di pesisir pantai wilayah NTB agar tetap waspada terhadap dampak gelombang," katanya.
Baca juga: WNA India ditemukan meninggal di Gili Air
Baca juga: Kantor SAR Mataram dinilai memenuhi syarat terakreditasi nasional
Di wilayah Samudera Hindia Selatan NTB, kecepatan angin mencapai 27 knot lebih dengan tinggi gelombang bisa mencapai 4 meter lebih, sehingga para nelayan atau nahkoda kapal untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi di perairan NTB. "Para nelayan maupun nahkoda kapal untuk tetap waspada terhadap dampak gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari," katanya.