Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) bersama Pemerintah Kabupaten Tabanan, Bali, Kamis, meresmikan Subak di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Tabanan, menjadi tempat percontohan penerapan ekohidrologi.
Ekohidrologi merupakan pendekatan dalam pengelolaan sumber daya air terpadu yang menawarkan pendekatan pembangunan berkelanjutan dalam memahami lingkungan dan sistem sumber daya air melalui pemahaman interdepensi proses dan komponen siklus hidrologi di ekosistem darat dan perairan.
Subak Desa Bengkel ini diresmikan karena telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada 15 September 2023 sebagai salah satu Ecohydrology Demonstration Sites atas implementasi teknologi pertanian yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tabanan bersama Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Dalam peresmian Subak Bengkel tersebut, Bupati Tabanan Sanjaya mengatakan Subak sebagai salah satu kearifan lokal Bali sebagai mekanisme irigasi pertanian yang telah ada sejak ribuan tahun lalu dan diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan budaya dunia yang wajib dilestarikan.
Keberadaan Subak di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Tabanan, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana tradisi ini terus dipertahankan dan diapresiasi.
Pengakuan Subak Bengkel sebagai salah satu Ecohydrology Demonstration Site UNESCO, kata Sanjaya, sebagai wujud komitmen dalam memajukan sektor pertanian di Kabupaten Tabanan.
Bupati Tabanan Gede Sanjaya menyampaikan terima kasih dan rasa bangga kepada seluruh masyarakat petani, khususnya petani Subak Bengkel.
Subak Bengkel dengan luas 335 ha, selama ini telah memberikan kontribusi produksi padi organik dengan varietas mentik susu dengan produktivitas sebesar 8 ton/hektare.
"Saya berharap demonstration site yang telah dilaksanakan di Subak Bengkel menjadi momentum berharga, bukan hanya sebagai lokasi pengembangan dan pemeliharaan air, akan tetapi juga menjadi pusat pengkajian pelestarian budaya subak, pelestarian ekologi dan penerapan teknologi ramah lingkungan untuk menghasilkan pangan yang berkualitas,” ujar Sanjaya.
Pengakuan dari UNESCO ini menjadi bukti nyata bahwa upaya pelestarian budaya lokal dan penerapan teknologi modern dapat berjalan beriringan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di sektor pertanian.
Sanjaya berharap lebih banyak masyarakat Tabanan khususnya generasi muda tetap menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar, sehingga budaya subak sebagai dasar pertanian di Bali tetap lestari sebagai warisan budaya adiluhung.
Sementara Itu, perwakilan UNESCO Rahmah Ellfithri menyampaikan selamat atas penetapan Subak Tabanan sebagai salah satu UNESCO Ecohydrology Demonstration Sites. Dia juga mengapresiasi kekompakan semua pihak, baik dari Universitas Muhammadiyah Malang yang memberikan dukungan saintifik, maupun dari Bupati Tabanan dan Pemerintah Kabupaten Tabanan yang mendukung implementasi metodologi ini.
Subak sebagai upaya bagaimana menjaga lingkungan air yang baik dengan sistem tata kelola berbasis irigasi kemudian dikombinasikan menggunakan teknologi.
"Mudah-mudahan menjadi pelajaran serta menarik minat masyarakat khususnya anak muda untuk menjadi pelopor membangun tanah Indonesia dengan kembali ke gaya lokal kita yang kokoh dan luhung sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas sektor pertanian kita agar produktivitasnya meningkat lebih baik," ujar Nazaruddin.