CHATIB BASRI: TAK ADA ANCAMAN DEFLASI

id

Jakarta (ANTARA) - Ekonom M. Chatib Basri mengatakan bahwa perekonomian Indonesia sudah keluar dari ancaman deflasi yang dapat menyebabkan stagnasi perekonomian.

"Inflasi memang rendah tapi kalau dilihat tahun depan, inflasi tahun depan lebih tinggi, kita kayaknya sudah keluar dari kekhawatiran deflasi," kata Chatib Basri ditemui di Gedung Djuanda Depkeu Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, perkiraan peningkatan inflasi antara lain terlihat dari gejala harga komoditas yang mulai naik dan pemerintah AS yang mencetak dolar AS cukup besar, akan berdampak kepada seluruh dunia.

Menurut dia, untuk kasus Indonesia dengan tingkat inflasi tahunan (YoY) pada Juni lalu 3,65 persen, sebenarnya tidak ada ancaman deflasi.

Sebelumnya satu lembaga internasional mengingatkan adanya ancaman deflasi di kawasan Asia. "Dengan tingkat inflasi saat ini 3,65 persen, sampai akhir tahun akan mencapai sekitar 4,0 persen, dengan kebijakan yang sekarang dilakukan, saya kira sudah oke," kata Chatib.

Sementara itu mengenai langkah sejumlah negara seperti China yang mengucurkan stimulus fiskal tambahan, Chatib mengatakan, jika stimulus di China berupa tambahan untuk melakukan impor, maka implikasinya akan positif bagi negara lain.

"Implikasinya ekspor kita atau negara lain ke China akan naik dan akan mendorong pertumbuhan negara lain. Itu sebabnya stimulus fiskal harus dilaksanakan secara simultan karena akan mendorong ekspor di berbagai negara," kata Chatib Basri.

Studi terakhir yang dikeluarkan ADB, seperti dikutip China Daily di Beijing, Jumat menyebutkan, sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia timur, China juga mencatat penurunan drastis dalam ekspornya.

Namun berbagai upaya pemulihan berupa paket stimulus fiskal mampu menangkal dampak kesulitan eksternal.

Laporan ADB tersebut mencakup China, Korsel serta 10 negara anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara.

Disebutkan bahwa China sedang menjalankan suatu paket stimulus layak yang diumumkan pada November 2008. Sebagai hasilnya dalam dua tahun paket stimulus senilai empat triliun yuan atau 586 miliar dolar AS, defisit fiskal China diperkirakan naik dari 0,4 persen pada 2008 menjadi 3,0 persen pada 2009.

Kemungkinan defisit itu tertinggi sejak 1979, tapi tetap rendah dibanding dengan defisit sejumlah negara-negara ekonomi kuat Asia timur. Stimulus fiskal diberikan untuk membantu menjaga pertumbuhan ekonomi China dari kebangkrutan ekspor.  (*)