Rumah instan kayu paling diminati korban gempa NTB

id Rika ,rumah instan kayu,korban gempa,gempa lombok

Rumah instan kayu paling diminati korban gempa NTB

Sejumlah anggota TNI bersama warga menyelesaikan pembangunan Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) di Dusun Pedamekan, Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, NTB, Kamis (18/10/2018). Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan rumah warga terdampak gempa yang rusak berat sudah terverifikasi yakni sebanyak 72.028 rumah, sementara menurut Bupati/walikota sebanyak 71.676 rumah. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/ama

Mataram (Antaranews NTB) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat H Muhammad Rum mengungkapkan dari lima opsi rumah tahan gempa yang dianjurkan pemerintah untuk dibangun oleh korban gempa di provinsi itu paling tinggi peminatnya jenis rumah instan kayu atau rika.

"Dari lima opsi yang ditawarkan, paling banyak diminati masyarakat, jenis rika. Karena bahannya menggunakan kayu, sehingga dinilai aman oleh masyarakat," ujarnya di Mataram, Kamis.

Ia menyebutkan, dari lima opsi rumah tahan gempa (RTG) tersebut, rumah instan kayu (rika) sebanyak 7.791 unit atau 42,46 persen. Rumah instan sederhana sehat (risha) sebanyak 3.872 unit atau 21,10 persen. Selanjutnya, rumah instan konvensional (riko) sebanyak 6.342 unit atau 34,57 persen. Kemudian, rumah instan baja (risba) sebanyak 287 unit atau 1,6 persen, dan rumah cetak raswari Indonesia (RCI) sebanyak 56 unit atau 0,31 persen.

"Kalau secara keseluruhan yang sudah dalam proses pembangunan sebanyak 3.795 unit dan yang sudah terbangun sebanyak 130 unit dengan masyarakat yang sudah memilih jenis RTG sebanyak 18.348 orang," kata Muhammad Rum.

Menurutnya, tingginya peminat jenis rika disebabkan masyarakat yang menjadi korban bencana gempa masih trauma jika membangun rumah terbuat dari beton, sehingga dengan menggunakan material kayu dinilai sangat aman.

"Dari sisi biaya dan kenyamanan juga jauh lebih hemat, karena terbuat dari kayu dengan dinding terbuat dari anyaman bambu `bedek` (bahasa Sasak Lombok, red) dan beratapkan seng," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya khawatir jika pembangunan rika tidak diawasi akan merusak ekosistem hutan, yakni terjadi pembabatan hutan.

"Memang kita tidak memaksakan masyarakat untuk membangun rumah jenis apa, terpenting rumah tahan gempa (RTG). Tapi kita juga memikirkan dampaknya, karena banyak memilih rumah bahan kayu," katanya.