Jakarta (ANTARA) - Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menilai bahwa para tokoh yang ditunjuk sebagai dewan penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) merupakan individu-individu yang profesional dan memiliki rekam jejak panjang dalam bidangnya.
Adapun susunan dewan penasihat tersebut di antaranya Ray Dalio, Helman Sitohang, Jeffrey Sachs, Chapman Taylor dan Thaksin Shinawatra.
“Saya setuju, memang nama-nama yang ditunjuk profesional dan sangat berpengalaman, baik nama-nama global maupun nama-nama dari dalam negeri,” kata Rully saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Penunjukan dewan penasihat Danantara juga menjadi perhatian media asing. Asia Times dalam artikelnya yang berjudul “Panicked Investors Should Give Indonesia a Second Look” menilai bahwa langkah ini mencerminkan keseriusan Indonesia dalam profesionalisasi dan pendekatan global terhadap pengelolaan kekayaan negara.
Artikel yang ditulis oleh Nigel Green itu menyoroti keberadaan Ray Dalio dan Jeffrey Sachs sebagai bagian dari dewan penasihat Danantara.
“Investor di seluruh dunia seharusnya menyambut perkembangan ini, bukan menjauh. Ray Dalio adalah salah satu investor paling disegani di zaman kita. Jeffrey Sachs telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk memberi nasihat kepada pemerintah tentang pembangunan berkelanjutan dan kebijakan ekonomi berkelanjutan. Hal ini saja sudah menunjukkan betapa seriusnya misi dan status inisiatif tersebut,” tulis dia.
Tulisan media asing yang berbasis di Hong Kong tersebut juga menyebut bahwa langkah ini menjadi bukti yang kuat bahwa Indonesia ingin memiliki pemikiran kelas dunia dan tidak takut untuk diawasi oleh mereka yang memiliki standar tertinggi.
Pesan lainnya yang ingin disampaikan kepada dunia adalah bahwa Indonesia tidak akan terjebak dalam sistem pemerintahan otoriter atau keuangan yang tidak terkendali.
"Indonesia berusaha melompat ke era baru kapitalisme negara yang strategis, di mana manajemen profesional dan kepentingan publik dapat berjalan bersamaan dan tidak saling bertentangan,” sambungnya.
Baca juga: Berikut profil 3 pejabat Holding Investasi BPI Danantara
Nigel Green menilai investor sering kali menuntut perubahan, tetapi mereka menjadi takut ketika perubahan tersebut terlihat tidak biasa. Mengalihkan dividen BUMN melalui struktur baru mungkin tidak biasa, tetapi situasi saat ini tidak dapat dipertahankan.
“Bagi Asia secara lebih luas, ini harus menjadi peringatan. Banyak negara di wilayah ini memiliki sumber daya negara yang sangat besar, namun sering kali tidak dikelola dengan baik, tidak dimanfaatkan secara maksimal, atau dipolitisasi. Mereka dapat memperoleh manfaat yang sangat besar dengan memperkenalkan penasihat eksternal,” tulisnya.
Baca juga: Profil 10 managing director di Danantara
Lebih lanjut, artikel itu juga menyebut bahwa pasar membuat kesalahan besar minggu ini. Mereka salah mengira ambisi sebagai ketidakstabilan, reformasi sebagai risiko. Ini adalah kesalahan yang sangat mahal.
“Dengan tata kelola yang tepat dan kerja sama internasional, Danantara dapat menjadi contoh bagi jenis baru dana kekayaan negara yang tidak hanya berinvestasi pada aset, tapi juga pada masa depan,” katanya.