Panitia Wimbledon ubah sistem pendeteksi garis usai terjadi kesalahan operator

id tenis,wimbledon,teknologi pendeteksi garis

Panitia Wimbledon ubah sistem pendeteksi garis usai terjadi kesalahan operator

Petenis Spanyol Carlos Alcaraz mengembalikan bola ke arah lawannya petenis Jerman Jan-Lennard Struff ​​​​​​​dalam pertandingan putaran ketiga tunggal putra Kejuaraan Tenis Wimbledon di London, Inggris, Sabtu (5/7/2025). Petenis unggulan kedua dari Spanyol tersebut lolos ke babak 16 besar setelah menumbangkan Jan-Lennard Struff dengan skor 6-1, 3-6, 6-3, 6-4. ANTARA FOTO/Xinhua/Zhao Dingzhe/nym.

Jakarta (ANTARA) - Panitia Penyelenggara Wimbledon melakukan perubahan pada sistem pendeteksi garis usai insiden kesalahan operator yang menyebabkan keputusan keliru dalam pertandingan putaran keempat turnamen tersebut.

Kesalahan terjadi dalam laga antara Anastasia Pavlyuchenkova dan Sonay Kartal di Centre Court, pada Minggu (6/7)di mana sistem pendeteksi garis dinonaktifkan secara tidak sengaja selama satu gim. Akibatnya, pukulan Kartal yang seharusnya dinyatakan keluar tidak terdeteksi oleh sistem, dan wasit tidak mendapatkan informasi akurat dari teknologi Hawk-Eye.

“Setelah kami melakukan peninjauan, kini kami telah menghapus kemampuan operator Hawk-Eye untuk mematikan sistem pendeteksi garis secara manual,” tulis All England Lawn Tennis Club (AELTC) dalam pernyataan resmi kepada BBC Sport, Senin (7/7).

AELTC menegaskan bahwa kesalahan serupa tidak akan terulang karena sistem telah diperbarui agar tidak bisa dinonaktifkan secara manual.

Dalam pertandingan tersebut, jika pukulan Kartal dinyatakan keluar, Pavlyuchenkova berpeluang unggul 5-4 pada set pertama. Namun wasit memutuskan poin diulang, dan Kartal akhirnya memenangkan gim tersebut. Pavlyuchenkova kemudian memenangi laga dua set langsung, namun ia menyayangkan keputusan wasit yang dinilainya berat sebelah.

“Karena dia pemain lokal, mereka bisa bilang apa saja. Kalian mengambil gim itu dari saya,” ujar petenis asal Rusia tersebut.

Wimbledon telah menggunakan sistem pendeteksi garis otomatis secara penuh sejak 2025, menggantikan peran hakim garis manusia. Kebijakan ini sejalan dengan yang diterapkan di Australia Open dan US Open.

Baca juga: Pasangan Aldila/Hozumi tantang tuan rumah perempat final Eastbourne Open

Kendati demikian, insiden ini menambah kekhawatiran pemain terhadap keandalan sistem, setelah sebelumnya Emma Raducanu dan Jack Draper juga mengungkapkan keluhan atas keputusan teknologi serupa.

​​​​​​​CEO AELTC Sally Bolton mengatakan bahwa sistem secara umum berfungsi baik, namun kesalahan manusia (human error) menyebabkan sistem tidak aktif dan wasit tidak menerima pemberitahuan.

Baca juga: Petenis Indonesia Janice juara tunggal dan ganda ITF W35

“Kami telah meminta maaf kepada para pemain, melakukan evaluasi menyeluruh, dan menerapkan perubahan prosedur agar kejadian serupa tidak terulang,” kata Bolton.

Meskipun sistem kini sepenuhnya otomatis, sekitar 80 mantan hakim garis masih dipekerjakan sebagai asisten pertandingan untuk membantu wasit di lapangan.

Namun Bolton menegaskan tidak ada rencana mengembalikan hakim garis ke posisi semula.

“Kami tidak perlu menempatkan mereka kembali ke lapangan. Kami hanya perlu memastikan sistem tetap aktif,” ujarnya.


Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
notification icon
Dapatkan Berita Terkini khusus untuk anda dengan mengaktifkan notifikasi Antaranews.com