Jakarta (ANTARA) - Pelukis Sohieb Toyaroja mengemas keindahan relief-relief dari warisan budaya dunia Candi Borobudur melalui pamerannya yang bertajuk "Borobudur: The Way of Life" di Tugu Kuntskring Paleis, Jakarta.
“Saya sejak lama terpikat melukis menyoal sejarah dan tradisi. Tentunya ini juga dipengaruhi pertemuan saya dengan para jurnalis, arkeolog, filolog juga sejumlah kritikus seni dan kurator seni. Selain itu, membaca buku-buku yang membuat pemahaman saya tentang Borobudur makin berarti,” kata Sohieb dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis.
“Borobudur: The Way of Life" dapat terlaksana dengan menyalin tafsir rupa dengan membaca ulang 1.460 relief yang ada pada dinding-dinding Candi Borobudur. Dijadwalkan berlangsung pada 12 Juli-12 Agustus 2025, pameran itu akan menampilkan sebanyak sembilan karya yang bersifat intim dan sangat personal dari sang seniman setelah menafsirkan relief Candi Borobudur.
Sembilan lukisan yang dimaksud menafsirkan judul Samodra Raksa, Manohara, Raja-Raja, Stupa, Jataka, Gajah, Sakre, Dewi Hariti dan karakter Buddha.
“Saya menyukai bertandang ke situs-situs tertentu yang dianggap sebagai petilasan dan artefak serta penanda kerajaan atau candi-candi. Karena itu sebagai simbol kearifan leluhur Jawa, agar saya bisa menghayatinya sebagai seniman yang kebetulan dari Jawa,” ujar dia.
Penulis dan peneliti budaya Wendri Wanhar menilai pameran Borobudur: The Way of Life" sebagai menghidupkan kembali Citralekha pada masa kini.
Baca juga: Pelukis Indonesia pamerkan lukisan di Beijing
“Gambar di Mandala Borobudur yang pada masa kini disebut relief, pada masa lampau disebut Citraloka. Seniman yang membuat karya seni nan agung itu disebut Citralekha “ ujar Wendri.
Pendapat Wendri itu juga turut diperkuat oleh pemerhati budaya dan wartawan senior Roso Daras yang berpendapat penggambaran konteks sejarah dapat dengan baik dituangkan oleh Sohieb dalam karya yang akan ditampilkan di "Borobudur: The Way of Life".
Hal itu menurut Roso bisa dicapai Sohieb karena sang pelukis mampu menyelami makna relief dari warisan budaya dunia tersebut dan memperkaya makna setelah membedah buku bertajuk ”1460 Buku Pandu Relief Naratif Mahastupa Borobudur”.
Baca juga: BTB gandeng pelukis China untuk promosikan pariwisata
Dia mencontohkan salah satu lukisan relief yang secara realistik menarik hati dan tak boleh terlewat dalam pameran ini adalah Samodra Raksa.
“Sohieb memilih relief yang jadi andalan utamanya, yang diberi juluk Samodra Raksa. Menggambarkan makna-makna penting, baik dalam konteks sejarah, budaya maupun spiritual tentang penjelajahan samudera. Sebagai bukti peradaban maritim yang sudah ada pada leluhur kita sejak berabad-abad lalu,“ kata Roso.
Selain itu, ada juga "Manohara" yang mampu memancarkan nilai moral dari kisah cinta antara Pangeran Sudhana dan bidadari Manohara yang penuh rintangan dan ujian. Kisah itu mengandung nilai-nilai moral tentang cinta, kesetiaan, keberanian, dan pengorbanan.