Jakarta (ANTARA) - Delegasi Indonesia mengikuti hari pertama sidang UNESCO Intergovernmental Committee for Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage yang diselenggarakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Delegasi RI terdiri atas tujuh orang, terdiri dari unsur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Luar Negeri dan Pakar Budaya Yayasan Kadin, dipimpin oleh Direktur Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film, Depbudpar, Tjetjep Suparman.
Dalam siaran pers Depbudpar yang diterima ANTARA News di Jakarta, Selasa, dijelaskan anggota delegasi yaitu Sunu Soemarno dari Deplu, Iman Sucipto Umar dan Elfitro Muchtar dari Kadin, Hariyanto dari Ditjen NBSF Depbudpar, dan pakar budaya, Gaura Mancacaritadipura.
Sidang UNESCO tersebut merupakan sidang lanjutan dari tiga sidang biasa dan dua sidang luar biasa sejak Konvensi 2003 UNESCO mulai berlaku pada 20 April 2006; yakni di Aljazair pada 2006, Chengdu (RRC) pada 2007, Tokyo (Jepang) pada 2007, Sofia (Bulgaria) pada 2008, dan Istanbul, Turki pada 2008.
Sidang yang dijadwalkan berlangsung lima hari sampai 2 Oktober 2009 dihadiri antara lain oleh Ketua Sidang, Awadh Ali Salih dari UEA, Wakil Direktur Jenderal UNESCO Fransoise Riviere, ketua negara pihak konvensi Khaznadar, Direktur Kebudayaan UNESCO.
Sidang yang dihadiri 380 orang, terdiri atas 93 wakil anggota IGC, 147 peninjau dari 33 negara pihak konvensi, dan 108 wakil dari LSM dan pakar budaya, akan membahas 25 mata agenda sehubungan dengan perkembangan Konvensi 2003 UNESCO tersebut.
Salah satu agenda sidang tersebut yaitu akan mengkukuhkan batik Indonesia pada daftar representatif (representatif list) UNESCO mengenai Budaya Tak Benda Warisan Manusia (Intangible Cultural Heritage of Humanity).
Batik Indonesia adalah salah satu dari 111 nominasi yang diajukan kepada UNESCO oleh mancanegara.
Penilaian nominasi batik dilakukan oleh subsidiary body, yang terdiri atas enam negara anggota Komite Antar Pemerintah (Turki, Estonia, Kenya, Republik Korea, Meksiko, dan Uni Emirat Arab).
Subsidiary body telah menilai Batik Indonesia sebagai nominasi yang terbaik, yang dapat dijadikan contoh untuk semua nominasi kemudian hari.
Selain itu Pendidikan dan Latihan Warisan Budaya Batik untuk Siswa di Kota Pekalongan telah dinominaskan juga sebagai best practices untuk pelestarian warisan budaya takbenda.
Nominasi tersebut sedang dinilai oleh kelompok kerja yang terbentuk pada sidang hari Selasa.
UNESCO sangat mengharapkan partisipasi aktif Indonesia sebagai negara yang terkenal kaya dengan warisan budaya dalam pengembangan perlindungan warisan budaya takbenda dunia, sebagaimana diatur dalam Konvensi 2003.
Indonesia telah menjadi negara pihak konvensi 2003 ini berdasarkan PP No. 78 tahun 2007. (*)