BI MATARAM IMBAU PERBANKAN TINGKATKAN FUNGSI INTERMEDIASI

id

         Mataram, 4/11 (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Mataram mengimbau perbankan di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk meningkatkan fungsi intermediasi guna menunjang pertumbuhan sektor riil dan pengembangan perekonomian di daerah ini.

         Pemimpin BI Mataram, Tri Dharma di Mataram, Rabu mengatakan, perkembangan angka penyaluran kredit di NTB cukup tinggi, namun masih ada sektor usaha yang mengalami kesulitan mendapatkan permodalan, antara lain sektor pertanian.

         "Potensi usaha di bidang pertanian di NTB cukup besar, namun kredit yang dikucurkan untuk sektor tersebut relatif sedikit, sebagai contoh petani kentang atlantik di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur terpaksa menggunakan modal dari PT Indofood yang bunganya mencapai empat persen per bulan," katanya.

         Menurut dia, loan to deposit ratio (LDR) atau perbandingan jumlah kredit yang disalurkan dengan penghimpunan dana masyarakat cukup tinggi mencapai 101 persen, artinya dari dana masyarakat yang dihimpun perbankan sebesar Rp7,3 triliun yang dikembalikan ke masyarakat dalam bentuk kredit mencapai Rp7,4 triliun.

         "Jadi perbandingan antara dana masyarakat yang dihimpun perbankan dengan jumlah kredit yang disalurkan relatrif berimbang, LDR tersebut diatas rata-rata nasional, yakni hanya 73 persen," katanya.

         Menurut Tri, LDR tersebut masih bisa ditingkatkan menjadi 110 persen dengan mengucurkan kredit lebih banyak termasuk untuk sektor pertanian yang cukup potensial di NTB.

         Dia mengatakan, budidaya kentang atlantik di Sembalun  sebenarnya memerlukan layanan perbankan, baik untuk memberikan kredit ketika musim tanam dan menghimpun dana petani pada saat musim panen.

         "Pada saat musim tanam kentang atlantik, para petani di Sembalun membutuhkan pinjaman cukup besar, sedangkan pada musim panen mereka membutuhkan bank untuk menyimpan uang hasil penjualan kentang," katanya.

         Pada satu kali musim panen kentang atlantik, uang yang beredar di Sembalun dari hasil penjualan kentang ke PT Indofood mencapai Rp8,55 miliar, para petani mengalami kesulitan mencari tempat menyimpan uangnya, sehingga ada petani yang terpaksa menyimpan uang ratusan juta rupiah di bawah bantal.

         "Saya kira dengan jumlah uang yang beredar di petani kentang atlantik di Sembalun cukup menguntungkan jika bank membuka kantor pelayanan, sehingga pada saat musim tanam petani bisa mendapatkan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah dan ketika musim panen mereka bisa menyimpan uangnya di bank," kata Tri.(*)