Beijing (ANTARA) - Suasana Beijing sejak sore hingga malam hari "diramaikan" oleh suara petasan dan kembang api yang memancar ke udara sehingga membuat suasana malam menjadi lebih ramai sesaat menjelang Tahun Baru China atau Imlek.
Wartawan ANTARA, di Beijing, Minggu, melaporkan sejumlah warga sejak pagi hingga malam hari tidak henti-hentinya menyalakan petasan dan kembang api beraneka rupa, suara dan warna sehingga banyak warga yang terkejut hingga terpesona.
Suara petasan tampak tidak henti-hentinya terdengar di sejumlah wilayah Beijing, demikian pula kembang api yang berwarna-warna dan menimbulkan suara keras juga tampak terus mengudara sehingga tampak indah menembus kegelapan malam.
Cuaca dingin minus sembilan derajat celcius tampak tidak membuat warga Beijing mengurungkan niatnya untuk menyalakan petasan dan kembang api di halaman apartemen masing-masing atau ditepi jalan raya.
Sejumlah pedagang petasan yang mendirikan kios semipermanen pun tampak ramai mengais rejeki mengingat jumlah pembeli yang datang nyaris tidak henti-hentinya.
"Dari pengalaman tahun-tahun lalu, masyarakat biasanya akan ramai membeli petasan dan kembang apa pada malam Imlek. Hal ini juga dialami tahun ini," kata Zhou yang berdagang petasan di wilayah Tuan Jie Hu.
Menurutnya, sekalipun penjualan meningkat tapi dirinya tidak menaikkan harga karena harga yang dijual sudah ditentukan dari pabrik dan semua pedagang hampir seluruhnya menjual dengan harga sama untuk jenis sama.
Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari 20 yuan (sekitar Rp32.000) hingga 6.800 yuan (sekitar Rp10,88 juta).
Murah mahalnya harga petasan dan kembang api yang dijual tergantung dengan lama atau sebentarnya suara yang dihasilkan. "Makin lama suara petasan atau kembang api yang dihasilkan maka makin mahal harga jualnya," katanya berpromosi.
Sekalipun harga petasan dan kembang api cukup mahal, ia mengaku, warga yang membeli dengan harga mahal cukup banyak.
Sementara suasana Beijing tampak lebih sepi dibanding hari-hari biasa mengingat banyak warga setempat yang telah meninggalkan ibukota China itu untuk "mudik" ke kampung halamannya masing-masing.
Jalan Dongzhimenwai Dajie yang biasanya ramai dan padat dengan kendaraan yang melintas, pada malam Imlek tampak sepi.
Demikian juga kereta api bawah tanah (subway) yang pada hari Minggu biasanya padat, pada malam Imlek juga sepi dari penumpang.
Beberapa mal yang sehari sebelumnya tampak ramai dipadati warga untuk belanja, pada malam Imlek banyak yang sudah tutup sejak pukul 17.00 waktu setempat.
Suasana ramai justru terjadi di sejumlah restoran mengingat banyak keluarga yang menjamu relasi dekat atau keluarga lainnya untuk makan malam dalam menyambut tahun baru Imlek.
Sebuah restoran di wilayah Tuan Jie Hu misalnya, yang menghidangkan makanan khas Sichuan tampak ramai dikunjungi tamu dan mereka umumnya tampak suka ria, berbincang dengan saudar-saudaranya.
"Sudah menjadi tradisi bagi kami untuk menjamu relasi atau tamu dengan makan malam menjelang Imlek sebagai tanda persahabatan," kata Xiu warga Chaoyang.(*)