Greenpeace mengajak tekan konsumerisme untuk kendalikan bencana iklim

id Greenpeace, konsumerisme,bencana iklim,perubahan iklim,greenpeace ajak tekan konsumerisme,tekan konsumerisme

Greenpeace mengajak tekan konsumerisme untuk kendalikan bencana iklim

Kegiatan memperbaiki serta memanfaatkan kembali barang yang dimiliki sehingga barang mempunyai usia pakai yang lebih lama dalam acara MAKE SMTHNG WEEK oleh Greenpeace bersama Demi Bumi, WEWO, Kebun Kumara, Segara Naturals dan Kota Tanpa Sampah di Jakarta, Sabtu (7/12/2019). (ANTARA/HO-Greenpeace Indonesia)

Jakarta (ANTARA) - Greenpeace Indonesia mengajak masyarakat tidak berbelanja berlebihan menjelang akhir tahun sebagai salah satu cara menekan dampak buruk bagi lingkungan terutama peningkatan emisi gas rumah kaca yang berujung pada bencana iklim.

Kegiatan belanja secara fisik di toko dan daring (online) biasanya meningkat jelang akhir tahun, memanfaatkan momentum Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Kegiatan konsumsi yang berlebihan tentunya berdampak buruk bagi lingkungan.

“Masyarakat dunia mempunyai target untuk menekan kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 °C. Salah satu hal yang harus kita lakukan untuk mencapai target itu adalah dengan mengendalikan perilaku konsumtif,” kata Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Minggu.

Penggunaan barang selama mungkin menjadi salah satu solusi. Oleh karena itu, salah satu fokus kegiatan MAKE SMTHNG WEEK adalah mengajarkan masyarakat untuk memperbaiki serta memanfaatkan kembali barang yang dimiliki, sehingga barang tersebut mempunyai usia pakai yang lebih lama.

MAKE SMTHNG WEEK, ia mengatakan merupakan festival internasional yang diadakan di lebih dari 40 negara, dengan memanfaatkan momen diskon besar-besaran di akhir tahun seperti Black Friday, yang merupakan pekan diskon di luar negeri, dan Harbolnas di Indonesia. Festival yang berlangsung sejak 2017 ini bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk mengurangi kegiatan belanja dengan membuat kreasi sendiri barang yang diperlukan.

Atha pun mengingatkan akan besarnya energi yang digunakan untuk sebuah kegiatan produksi, seperti pembuatan busana. Pembelian dan penggunaan pakaian menyumbang sekitar tiga persen dari produksi emisi karbondioksida (CO2) global atau lebih dari 850 juta ton CO2 per tahun, dari manufaktur, logistik, dan penggunaan seperti mencuci, mengeringkan dan menyeterika.

Selain itu, diperkirakan sebanyak 95 persen pakaian dibuang bersama limbah rumah tangga dan sebenarnya dapat digunakan kembali tergantung pada kondisi tekstil. Belum lagi penggunaan plastik sekali pakai sebagai kemasannya.

Menurut penelitian Jenna R Jambeck dari Universitas Georgia tahun 2010, ada sekitar 275 juta ton sampah plastik di seluruh dunia. Setiap satu menit, sampah plastik yang dibuang ke laut setara dengan satu truk penuh.

Untuk MAKE SMTHNG WEEK tahun ini, Atha mengatakan Greenpeace Indonesia mengajak Demi Bumi, WEWO, Kebun Kumara, Segara Naturals dan Kota Tanpa Sampah untuk memberikan tips kreatif, salah satunya mengolah barang yang sudah tidak digunakan menjadi barang bermanfaat. Selain itu, festival kali ini juga mengikutsertakan kegiatan tukar baju sebagai langkah nyata mengendalikan konsumsi yang berlebihan.