KONFERENSI BIOTEKNOLOGI INDONESIA KE-5 DIGELAR DI LOMBOK

id

     Lombok Barat, NTB, 4/7 (ANTARA) -  Konferensi Bioteknologi Indonesia ke-5 sebagai forum diskusi antarpara pakar, akademisi, swasta dan pemangku kebijakan, digelar kawasan wisata Senggigi, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), 4-7 Juli 2012.  {jpg*2}
     "Tahun ini temanya 'Green Industrial Innovation Through Biotecnology' atau inovasi industri hijau melalui bioteknologi," kata Ketua Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) Prof DR Bambang Prasetya, usai pembukaan Konferensi Bioteknologi Indonesia ke-5, di Senggigi, Lombok Barat, NTB, Rabu.
     Konferensi itu dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) NTB H Muhammad Nur, yang dihadiri sebagian peserta dan tamu undangan lainnya.
     KBI merupakan penyelenggara konferensi tahunan itu yang juga melibatkan pakar, akademisi, swasta dan pemangku kebijakan dari sejumlah negara, seperti Amerika, Kanada, Australia, New Zeland, Jepang, Korea, Cina, India, Inggris, Jerman dan Belanda.
     KBI merupakan organisasi profesi yang beranggotakan institusi yang melakukan kegiatan bioteknologi baik riset maupun aplikasi.
     Saat ini KBI mempunyai 44 orang anggota yang berasal dari lembaga pemerintah dan swasta, industri swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan perguruan tinggi negeri maupun swasta, serta membawahi lebih dari 10.000 orang peneliti, akademisi, dan praktisi bioteknologi di Indonesia.
     Prof Bambang yang didampingi Ketua Panitia Penyelenggara Konferensi Bioteknologi ke-5 DR Ing Misri Gozan, mengatakan, penyelenggaraan konferensi bioteknologi 2012 itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
     Pada forum itu juga akan dilaksanakan 'workshop' antara Indonesia dengan negara-negara sahabat untuk mendiskusikan secara intensif pengembangan bioteknologi khususnya di Indonesia, termasuk juga kerja sama antarnegara di bidang investasi dan kemajuan pemanfaatan bioteknologi.
     Terdapat tiga "workshop" yang diagendakan bersamaan dengan konferensi tersebut, yakni "Workshop" Indosol (Indonesia Solanacea),  "workshop" DAAD (Deutscher Akademischer Austausch Dients) dan "workshop" Student Forum of NAIST (Nara Institute of Science and Technology).
      "Workshop" Indosol merupakan pertemuan peneliti Indonesia dengan Belanda yang bergerak di bidang inovasi bioteknologi pertanian.
      "Workshop" DAAD merupakan pertemuan para alumni peraih beasiswa DAAD Jerman dari berbagai negara, yang juga dihadiri beberapa pakar dari Jerman.
      Sedangkan "workshop" Student Forum of NAIST akan menjadi ajang presentasi dan diskusi mahasiswa yang dikoordinasikan NAIST Jepang.
     "Berbeda dengan penyelengggaraan tahun-tahun sebelumnya yang tidak dipadukan dengan beragam 'workshop' itu," ujarnya.
     Selain itu, Konferensi Bioteknologi Indonesia ke-5 juga melibatkan sektor industri guna memadukan produk-produk bioteknologi dengan kebutuhan pasar (konsumen).
     Konferensi bioteknologi itu juga akan diwarnai dengan peluncuran sejumlah program bioteknologi, dan penandatanganan nota kerja sama (MoU) pendirian Bio Chanel TV Internet sebagai salah satu media pengembangan bioteknologi.
     "Juga akan diluncurkan Koalisi Bioteknologi Pertanian Indonesia yang merupakan wadah pegiat sosialisasi dan pengembangan bioteknologi di masyarakat," ujarnya.
     Bambang menambahkan, pada peluncuran bioteknologi perkebunan akan diperkenalkan produk bio-dekomposer promi dan biofertilizer petrhikophos, bibit sagu hasil kultur jaringan, dan bibit kepala kopyor hasil kultur jaringan.
     Juga diagendakan deklarasi 'Student Forum for Biotecnology' yang beranggotakan perguruan tinggi di Indonesia, yang ditandai dengan penyematan pin secara simbolis pada enam pengurus 'student' capter Indonesia, yakni UGM, UI, IPB, ITB, Udayana dan Unram.
     "Pada acara selama empat hari ke depan, juga digelar pameran produk bioteknologi Indonesia dan luar negeri oleh sejumlah peguruan tingggi," ujarnya. (*)