Manajer Keuangan BUMD Lombok Barat jadi tersangka pengelolaan LCC

id kejati ntb,penetapan tersangka,kasus pengelolaan lcc,bumd lobar

Manajer Keuangan BUMD Lombok Barat jadi tersangka pengelolaan LCC

Penyidik pidana khusus ketika memeriksa Abdurrazak, manajer meuangan salah satu BUMD Lombok Barat, yakni PT Patut Patuh Patju (Tripat), sebagai saksi yang selanjutnya ditetapkan sebagai tersangka tambahan dalam kasus korupsi pengelolaan pusat perbelanjaan Lombok City Center (LCC), di Gedung Kejati NTB, Jumat sore (7/2/2020). (ANTARA/Dhimas B.P.)

Mataram (ANTARA) - Manajer keuangan salah satu BUMD Lombok Barat dari PT Patut Patuh Patju (Tripat), Abdurrazak, ditetapkan sebagai tersangka tambahan dalam kasus korupsi pengelolaan pusat perbelanjaan Lombok City Center (LCC), oleh Penyidik Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Barat.

Kasi Penkum dan Humas Kejati NTB Dedi Irawan di Mataram, Jumat, mengatakan, penetapan sebagai tersangka dilakukan hari ini setelah Abdurrazak menjalani pemeriksaan perdananya sebagai saksi di ruang penyidik pidana khusus.

"Dari kesimpulan pemeriksaan, yang bersangkutan terlibat dalam penyalahgunaan kewenangan perihal penyertaan modal dari pemda dan ruislag (tukar guling) gedung Dinas Pertanian Lombok Barat dari PT Bliss," kata Dedi.

Dijelaskan bahwa Abdurrazak sebelumnya sudah tiga kali mangkir ke hadapan penyidik. Dia tidak pernah sekali pun mengindahkan panggilan penyidik jaksa terhitung sejak kasusnya masuk tahap penyelidikan.

"Bahkan sampai dicari kerumahnya, dia tidak ada," ujarnya.

Namun karena yang bersangkutan mengaku merasa resah dan tertekan dalam kasus ini, Abdurrazak dikatakan dengan sendirinya datang ke hadapan penyidik pidana khusus.

"Selesai Shalat Jumat itu dia datang, tanpa ada panggilan. Jadi dia datang dengan kesadaran diri," ucap Dedi.

Sebelum Abdurrazak, penyidik pidana khusus telah menetapkan Mantan Direktur PT Tripat Azril Sopandi sebagai tersangka. Dalam kasusnya yang kini tinggal menunggu proses persidangan, Azril menjadi aktor yang diduga paling bertanggung jawab perihal munculnya kerugian negara senilai Rp1 miliar lebih.

Diketahui bahwa PT Tripat sebagai BUMD Lombok Barat menerima anggaran penyertaan modal pengelolaan LCC senilai Rp1,7 miliar dari Pemkab Lombok Barat. Dari adanya penyertaan modal tersebut, sebanyak Rp400 juta diduga tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Kemudian perihal persoalan ruislag Gedung Dinas Pertanian Lombok Barat, yang belum terungkap dan masih mengendap di penyidikan jaksa. turut dibebankan kepada Azril Sopandi.

Dalam hal ini, PT Bliss yang menjadi pihak ketiga memberikan uang Rp2,7 miliar ke PT Tripat untuk pembangunan gedung Dinas Pertanian Lombok Barat yang berdiri di atas lahan LCC.

Dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), muncul kerugian negara Rp600 juta. Jumlah kerugian negara itu dihitung dari item pembangunannya.