Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, melakukan penyemprotan ke sejumlah kandang perternakan unggas milik warga di kota ini sebagai upaya pencegahan virus flu burung.
"Untuk kasus flu burung saat ini memang belum ada, tetapi ada kasus ayam mati disebabkan penyakit tetelo," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Jumat.
Dikatakan, penyakit tetelo ini adalah penyakit ayam yang tiba-tiba mati langsung dalam jumlah banyak dan penyakit ini cepat sekali menular sehingga harus segera diantisipasi.
"Kalau unggas terjangkit penyakit tetelo, satu saja yang mati akan cepat menular menjadi 10, tapi sudah kita antisipasi dengan menyemprotkan disinfektan ke peternak unggas," katanya.
Dikatakan, kasus penyakit tetelo baru ditemukan pada dua titik peternak ayam, sehingga pihaknya belum bisa menyebutkan kalau kasus tersebut adalah marak, sebab kasus yang ada pada 1-2 peternak tidak bisa mewakili kalau semua unggas terdampak.
Kegiatan penyemperotan disinfektan ke peternak unggas, diberikan secara gratis selama ada laporan dari peternak agar tidak menyebar.
"Kami juga berharap masyarakat tetap waspada dan segera melaporkan apabila ada indikasi unggas mati mendadak dalam jumlah banyak," katanya.
Selain melakukan antisipasi flu burung, Distan saat ini juga aktif melaksanakan kegiatan vaksinasi rabies terhadap anjing liar dengan sasaran prioritas di kandang kumpul dan sejumlah pasar trandisional sebagai upaya pencegahan kasus rabies di kota ini.
"Pemberian vaksin rabies khususnya untuk anjing liar dan anjing di kandang kumpul diberikan secara gratis. Sedangkan, untuk jenis hewan kesayangan baik itu anjing maupun kucing, tetap harus berbayar, atau melakukan vaksinasi secara mandiri," katanya.
Selain melaksanakan vaksinasi rabies, Distan juga tetap melakukan kegiatan eliminasi sesuai dengan permintaan dan laporan masyarakat yang relatif tinggi.
"Namun, kegiatan eliminasi tidak diekspose karena sempat ada protes dari para pecinta hewan," ujarnya.
Dengan tingginya permintaan eliminasi tersebut, pihaknya melaksanakan kegiatan eliminasi dengan skala prioritas pada titik-titik yang betul-betul ramai. Seperti di pasar tradisional.
Selama ini, katanya, kawasan pasar menjadi titik "empuk" bagi anjing-anjing liar berkumpul karena mereka mencari makanan dari sisa-sia aktivitas masyarakat di pasar.
"Titik-titik yang dilaporkan masyarakat tetap kita pantau. Kalau kondisinya terbukti banyak anjing, tim kami akan melakukan eliminasi tetapi kalau ajingnya hanya satu dua, kita prioritaskan yang lebih banyak," katanya.