Sejarawan Unpad: bongkar naskah tumbuhan obat era kolonial

id obat herbal, naskah tumbuhan,rempah-rempah, praktik kesehatan

Sejarawan Unpad: bongkar naskah tumbuhan obat era kolonial

Petugas meramu obat berupa rempah-rempah untuk pasien di Klinik Saintifikasi Jamu, di Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (17/1/2020). ANTARA FOTO/Harviyan Perdabna Putra/ama. (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

Jakarta (ANTARA) - Sejarawan Universitas Padjajaran, Gani Jaelani mengatakan guna mengangkat kembali kejayaan rempah-rempah dan ilmu kedokteran lokal untuk pengobatan di dalam negeri dapat dimulai dengan membongkar naskah-naskah tumbuhan obat yang dikumpulkan naturalis asing di era kolonial.

"Penelitian ilmu humaniora perlu ditekankan dengan cara membongkar naskah yang belum dikaji. Pasti banyak yang belum dibuka. Lalu perlu membuat sintesisnya, pengujian laboratorium bisa dilakukan setelah itu," kata Gani dalam webminar Rempah-rempah, Pengetahuan Medis dan Praktik Kesehatan di Indonesia yang digelar Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Selasa.

Hal itu, menurut dia, perlu dilakukan karena tanpa basis dari penelitian humaniora, upaya mengembangkan obat-obatan atau pengetahuan medis tersebut kualitasnya tidak menjadi maksimal.

"Dalam konteks saat ini kita lihat bagaimana itu dapat bermanfaat, dalam artikel lama misalkan disebutkan dapat dilakukan dengan menguji temuan-temuan Rumphius di Ambon. Tapi mungkin itu terlalu jauh. Setidaknya yang bisa dilakukan saat ini melakukan sintesis karya dokter-dokter yang memetakan tumbuhan obat di Hindia Belanda," ujarnya.

Indonesia harus membongkar lagi catatan-catatan naturalis dari Eropa abad 17 hingga 19 yang mengumpulkan data di Hindia Belanda.

Menurut dia, beberapa nama dan karya yang sebelumnya dipaparkan hanya pengetahuan umum saja, ia meyakini masih belum banyak yang terbongkar sehingga perlu diinventarisasi.

"Setelah dibaca semua, kita petakan atau studi. Misal dari abad 17 tumbuhan obatnya dipetakan apa saja, setelah itu dicari tahu potensinya ada atau tidak. Bisa kolaborasi dari Kementerian Pertanian, ilmu farmasi, lembaga penelitian apakah khasiatnya benar atau tidak," paparnya.

Selain membongkar naskah-naskah para naturalis Eropa atau asing lainnya, menurut dia, banyak pula naskah-naskah lokal yang belum diungkap. Karenanya, merekam kembali pengobatan lokal sangat diperlukan dengan mensintesiskan hasil pemetaan pemanfaatan tanaman obat dan cara pengobatan mereka.

"Baru ke tahap pengujian. Tidak perlu sampai jadi obat, bisa herbal saja karena kan pengalaman penggunaannya sudah banyak," ujar dia.

Gani mengatakan paradigma bakteriologi, yakni suatu kerangka berpikir dalam ilmu kedokteran yang meyakini bahwa kemunculan suatu penyakit disebabkan patogen yang spesifik. Hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab yang menggeser ilmu kedokteran lokal dan pengobatan herbal, termasuk penggunaan rempah-rempah.

Sebagai catatan ketergantungan bahan baku obat Indonesia mencapai lebih dari 95 persen. Sebagai langkah menghentikan impor bahan baku obat, Presiden Joko Widodo meminta agar skema insentif bagi riset di bidang farmasi bisa diperbesar, selain juga meminta agar ada peningkatan insentif untuk riset yang menghasilkan temuan alat kesehatan dilakukan.