ABBAS PERINGATKAN PENINGKATAN EKSTREMISME JIKA PEMBICARAAN GAGAL

id

     Jerusalem (ANTARA) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam satu wawancara dengan televisi Israel, memperingatkan mengenai peningkatan ekstremisme jika proses perdamaian yang berlangsung saat ini gagal.

     "Keputusasaan akan menghidupkan ekstremisme," kata Abbas di dalam wawancara eksklusif yang diudarakan Ahad. Ia menambahkan ia berharap bahwa semua upaya AS guna mengakhiri kebuntuan dalam pembicaraan perdamaian akan berhasil.

     Israel dan Palestina memulai perundingan langsung enam pekan lalu, tapi pembicaraan tersebut kelihatannya macet setelah berakhirnya larangan Israel atas pembangunan permukiman pada 26 September.

     Israel telah menolak untuk memberlakukan lagi moratorium itu, sementara Palestina menyatakan mereka takkan melakukan pembicaraan jika pemukim Yahudi membangun rumah di wilayah Palestina yang dijajah, sehingga menyulut kesibukan upaya diplomatik AS untuk menyelesaikan kebuntuan tersebut.

     Abbas juga menegaskan kembali bahwa Palestina tak harus mengakui Israel sebagai "negara Yahudi", sebagaimana dituntut oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai imbalan bagi kemungkinan penghentian pembangunan permukiman.

     Abbas mengatakan Organisasi Pembebasan Palestina telah mengakui hak Israel untuk ada pada 1993 di dalam kesepakatan Oslo. Di dalam kesepakatan tersebut, kedua pihak saling mengakui.

     "Sudah cukup bahwa kami telah mengakui Israel ... tapi jangan meminta kami mengakuinya sebagai negara Yahudi," kata Abbas. Ditambahkannya, "Setiap hari kalian (pejabat Israel) datang dengan tuntutan baru. Itu sudah cukup!"

     Sebelumnya dilaporkan pertemuan tingkat tinggi Israel-Palestina yang direncanakan diadakan di Paris pada akhir Oktober telah dijadwalkan kembali, pertanda mengenai peningkatan tekanan bagi dilanjutkannya pembicaraan perdamaian yang macet tersebut.

     Kantor perdana menteri Israel mengatakan, Sabtu, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy telah mengundang PM Benjamin Netanyahu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk bertemu sebelum akhir Oktober, meskipun tanggal tepatnya bagi pertemuan puncak itu belum ditetapkan.

     Pembicaraan tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan pertemuan puncak pada akhir November oleh para pemimpin Eropa dan negara-negara Laut Tengah termasuk sejumlah pemain Timur Tengah, kata Sarkozy ketika ia mengumumkan undangannya pada akhir September lalu.

     Itu akan menjadi pertemuan langsung pertama antara Netanyahu dan Abbas sejak keduanya memulai lagi pembicaraan perdamaian langsung yang didukung oleh AS di Sharm Esh-Sheikh, Mesir, pada 2 September, tapi sejak itu pembicaraan tersebut macet.

     Palestina menghentikan pembicaraan langsung ketika pembekuan 10 bulan Israel bagi pembangunan rumah baru di permukiman Yahudi di Tepi Barat Sungai Jordan, yang diduduki Israel, berakhir pada akhir September. (*)