Pegiat paralayang Sembalun keluhkan sulitnya dapatkan sertifikasi atlet dari Pemkab Lotim

id Paralayang

Pegiat paralayang Sembalun keluhkan sulitnya dapatkan sertifikasi atlet dari Pemkab Lotim

Asisten Instruktur Paralayang memeragakan "soaring" pada sesi praktik lapangan Pelatihan Pemandu Wisata Paralayang di Bukit Siswa 50 meter, perkebunan teh Sungai Kering, Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi, Sabtu (7/11/2020). Kegiatan yang melibatkan 34 peserta dari para pemandu wisata dan masyarakat umum setempat tersebut bertujuan mengembangan potensi wisata paralayang di daerah itu. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan/wsj. (ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN)

Sembalun, Lombok Timur (ANTARA) - Pegiat paralayang Sembalun mengeluhkan sulitnya mendapatkan sertifikasi atlet dari Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sehingga tidak bisa mengikuti kejuaraan nasional.

"Sejak tahun 2013, adanya paralayang di Sembalun tidak pernah dilirik oleh pemda. Hanya sebatas wacana saja, sejauh ini hanya Dispar Provinsi NTB yang pernah mendukung kawan-kawan Sembalun untuk mengembangkan bakat mereka," kata Royal Sembahulun, Ketua Sembalun Paralayang Club (SPC) di Sembalun, Selasa.

Ia menambahkan sedangkan di Lombok Utara, Lombok Tengah dan Sumbawa Barat tahun ini sudah melakukan sertifikasi pegiat paralayang.

"Sementara di Lotim kapan? Padahal SDM dan SDA di Lotim sangat mendukung, bahkan atlet dari Lotim harus pindah ke daerah Sulteng sebagai perwakilan di kejuaraan PON," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan salah satu pilot tandem SPC, Taeger Triawan yang mengaku kecewa dengan Pemkab Lotim, di mana hingga saat ini tidak ada dukungan dari para pemangku kebijakan untuk mendukung perkembangan paralayang di Lotim seperti daerah lain di NTB.

“Sebenarnya banyak sekali keluhan kita, salah satunya itu. Tidak diperhatikan dan tidak ada support padahal memiliki potensi yang begitu besar untuk kemajuan daerah," katanya.

Sejak 2013, Taeger mengaku dirinya pernah mengikuti sejumlah perlombaan di seluruh Indonesia bahkan meraih juara pertama pada 2016 dalam Kejurda NTB di Gumantar Sumbawa Barat.

Pada 2017, juara pertama dalam festival Mandalika, 2018 juara tiga Mandalika, 2019 juara empat Kejurnas Indonesia dan di tahun yang sama juga, juara 4 di Pra PON. "Sangat disayangkan talenta para pilot paralayang itu tidak dilirik oleh para pemangku kebijakn di Lotim," katanya.

"Tentunya itu semua butuh peroses yang panjang, begitu juga dengan pengorbanan kita selama ini. Untuk itulah sudah saatnya para pemangku kebijakan di Lotim melirik kami, jangan hanya wacana buktikan dong," katanya.

Intinya kami mau, Pemda Lotim segera melakukan sertifikasi kepada kami pilot paralayang. Agar kami bisa ikut di PON untuk mewakili Lotim, tegasnya.

Selain itu, jika pegiat paralayang di Sembalun memiliki sertifikasi secara tidak langsung bisa mendatangkan banyak wisatawan.

Pasalnya, kata dia, dengan sertifikasi, wisatawan akan merasa nyaman untuk menikmati panorama keindahan alam dari ketinggian sambil terbang.

"Tentunya hal ini akan mendongkrak keterlibatan banyak pihak, terutama untuk mengais rezeki dari aktivitas ini. Ya artinya bukan hanya masyarakat, bisa juga sebagai Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) Lotim," tandasnya.

Pewarta :
Editor: Riza Fahriza
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.