Menyelami rasa takut lewat "Paranoia"

id Resensi film,Paranoia,Film paranoia,Riri riza

Menyelami rasa takut lewat "Paranoia"

Film "Paranoia" (ANTARA/Miles Films)

Jakarta (ANTARA) - Cemas, khawatir, takut, sedih ditumpahkan menjadi satu dalam film "Paranoia" yang merupakan karya terbaru dari sutradara Riri Riza bergenre thriller. 

"Paranoia" mengisahkan tentang Dina (Nirina Zubir), seorang wanita yang memiliki rasa takut dan curiga yang berlebihan. Rasa takut ini pun ditularkan kepada sang anak, Laura (Caitlin North-Lewis). Dina selalu melarang untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa izin darinya.

Dina yang bekerja sebagai pengelola vila, suatu hari bertemu dengan seorang pria yang ternyata merupakan teman dari suaminya, Gion (Lukman Sardi). Dina kemudian mengetahui bahwa Gion telah keluar dari penjara dan akan memburunya.

Dina kemudian mengajak Laura untuk meninggalkan rumah dan mencari tempat tinggal baru di sebuah vila tersembunyi. Dia bahkan meminta Laura membakar semua dokumen dan foto untuk menghapus jejak keduanya di rumah lama.

Awalnya Dina merasa situasi telah aman lantaran vila yang dihuninya jauh dari warga dan berada di daerah tersembunyi. Namun dia terkejut saat mengetahui ada orang lain yang tinggal di area yang sama yakni Raka (Nicholas Saputra).

Dina yang memiliki ketakutan bertemu dengan pria misterus meminta Laura untuk menjauhi Raka, meski sang anak meyakinkan jika Raka adalah orang baik.

Di sisi lain, Gion terus mencari jejak Dina dan Laura sebab keduanya telah membawa barang berharga miliknya. Dia pun mencari segala cara agar bisa menemukan Dina dan Laura untuk menuntaskan semua amarah dan kebenciannya.
 
Film "Paranoia" (ANTARA/Miles Films)


Terinspirasi dari pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak tahun 2020, menciptakan berbagai kondisi di masyarakat seperti putus asa, depresi, takut, cemas hingga stres.

Perasaan-perasaan inilah yang kemudian ditangkap oleh Mira Lesmana sebagai produser "Paranoia". Dia mengatakan bahwa film ini terinspirasi dari perasaan takut, was-was dan khawatir masyarakat terhadap berbagai macam informasi mengenai virus corona. Ketiga unsur tersebut kemudian menjadi poin utama dalam membuat garis besar film.

"Nomor satu yang kita utamakan adalah semua perasaan was-was, khawatir, takut. Itu yang kita tumpahkan, itu yang menjadi inspirasi sehingga ceritanya seperti itu," kata Mira dikutip pada Sabtu.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Riri Riza, dia mengambil rasa takut masyarakat saat sebagian narapidana dibebaskan karena pandemi COVID-19. Kekhawatiran tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam adegan-adegan yang penuh ketegangan.

"Itu tension yang kita manfaatkan. Perasaan paranoia itu, ketika kita menyelami rasa takut. Kadang-kadang orang marah itu awalnya karena takut, kadang-kadang orang insecure itu awalnya karena takut," ujar Riri.

Film ini memang memperlihatkan ketakutan dari masing-masing karakter. Dina takut pada kembalinya sang suami, Laura takut akan kehidupannya yang terisolasi, Gion memiliki ketakutan terhadap atasan yang mengancam dan Raka sosok misterius yang dihantui oleh masa lalu.

Keempat tokoh tersebut menyelami ketakutan dengan caranya sendiri-sendiri. Ada yang berhasil mengatasinya, namun ada juga yang hanya menerima nasib.
 
Ke luar dari zona nyaman

"Paranoia" adalah film perdana Riri Riri yang mengambil genre thriller. Jauh dari kata drama, "Paranoia" mengajak penonton untuk merasakan ketakutan seorang Dina dan jalan pikirannya yang tidak dimengerti oleh Laura atau tentang Raka yang berusaha menggandeng masa lalu.

Tak hanya Riri Riza, Nirina Zubir, Nicholas Saputra dan Lukman Sardi pun keluar dari zona nyamannya. Nirina yang dikenal lewat film bergenre drama dan komedi, kali ini harus mengerahkan seluruh kemampuan aktingnya sebagai seorang wanita murung, memiliki trauma berat dan menutup diri dari orang lain.

Penonton akan diajak merasakan kegelisahan yang dialami oleh Dina atau mungkin geram melihat ketidakberdayaannya.

Lukman Sardi pun berubah menjadi sosok yang sangat berbeda dalam "Paranoia". Dia adalah seseorang yang sadis, tak mengenal rasa kasihan serta cenderung terobsesi kepada Dina.

Lewat mimik dan gerak-geriknya, Lukman sukses membuat penonton takut pada aksi kejamnya. Bahkan sejak pertama kali dimunculkan, sosok Gion sudah membuat penonton bergidik.

Tak kalah mencuri perhatian, Nicholas Saputra menunjukkan karakter yang berbeda dari beberapa film sebelumnya. Sosoknya sebagai pria misterius mampu menggiring penonton untuk memahami ketakutan dalam diri Raka.

Meski terkesan dingin, Nicholas tetap mampu menghadirkan aura yang menawan dan berkarisma. Setidaknya lewat karakter Raka, dia mampu membuat ibu dan anak saling berebut perhatian.
 
Sederhana namun sarat makna

Pada dasarnya "Paranoia" memiliki cerita yang sangat sederhana dan banyak dijumpai masyarakat, salah satu isu yang diangkat adalah mengenai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun, Riri, Mira dan Jujur Prananto selaku penulis skenario menjadikan film ini memiliki kesan yang lebih dalam.

Ketegangan, kecemasan, trauma dan perasaan terisolasi dari dunia luar dibangun dengan penuh kehati-hatian namun tetap sarat makna.

Sebagai film thriller, "Paranoia" tidak terlalu membuat "olahraga jantung" namun mampu memberikan sensasi ketegangan bagi penonton khususnya pada adegan-adegan yang melibatkan Gion, sehingga cocok untuk orang yang baru pertama kali mencoba menyaksikan film dengan genre ini.

Secara keseluruhan film ini memang membuat penasaran karena menyajikan kisah yang tidak terduga. "Paranoia" sudah dapat disaksikan di jaringan bioskop seluruh Indonesia.