New York (ANTARA) - Euro merosot ke level terendah 20-tahun terhadap dolar pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di tengah kekhawatiran bahwa krisis energi akan mendorong kawasan itu ke dalam resesi, sementara mata uang AS didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku lebih cepat dan lebih jauh dari rekan-rekannya.
Pipa tunggal terbesar yang membawa gas Rusia ke Jerman, pipa Nord Stream 1, memulai masa pemeliharaan tahunan pada Senin (11/7/2022), dengan aliran diperkirakan akan berhenti selama 10 hari. Pemerintah, pasar, dan perusahaan-perusahaan khawatir penutupan itu mungkin diperpanjang karena perang di Ukraina.
“Kekhawatiran paling dekat untuk pasar adalah apakah Nord Stream 1 akan kembali beroperasi atau tidak,” kata Bipan Rai, kepala strategi valas Amerika Utara di CIBC Capital Markets di Toronto, menambahkan bahwa “pasar kemungkinan akan memperkirakan sebuah resesi” untuk wilayah tersebut jika tidak.
Euro jatuh ke level 1,0051 terhadap dolar AS, terlemah sejak Desember 2002. Sementara itu, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya mencapai level tertinggi baru sejak Oktober 2002 di 108,19.
Baca juga: Tiga peraih podium GP Austria kena denda 10.000 euro
Baca juga: Euro jatuh karena harga energi dorong perubahan mata uang
Mata uang AS telah menguat di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga secara agresif karena mengatasi inflasi yang melonjak. "The Fed akan menaikkan suku bunga lebih agresif daripada kebanyakan bank sentral pasar negara maju lainnya dan kami tidak berpikir bank sentral dan pasar maju lainnya benar-benar memiliki bandwidth untuk mengikutinya," kata Rai.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli. Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan suku bunga acuannya akan naik menjadi 3,50 persen pada Maret, dari 1,58 persen sekarang.
Para konsumen di Amerika melihat inflasi meningkat lebih lanjut di tahun depan tetapi memperkirakan kecepatan yang lebih moderat dalam jangka panjang sebagai sinyal bahwa ekspektasi inflasi tetap cukup melandai, sebuah survei dari Fed New York menunjukkan pada Senin (11/7/2022).
Sentimen penghindaran risiko terus mendukung permintaan untuk greenback. Pedagang sedang menunggu serangkaian sorotan ekonomi pekan ini, termasuk indeks harga konsumen AS Juni pada Rabu (13/7/20220, indeks harga produsen pada Kamis (14/7/2022), dan data penjualan ritel bulanan pada Jumat (15/7/2022).
Data harga konsumen yang akan dirilis pada Rabu (13/7/2022) adalah fokus utama ekonomi AS minggu ini. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks menunjukkan bahwa harga konsumen naik dengan tingkat tahunan 8,8 persen pada Juni.
Dolar Australia adalah pemain terburuk pada hari itu, jatuh ke level terendah dua tahun di tengah kekhawatiran pertumbuhan global. Beberapa kota di China telah mengadopsi pembatasan COVID-19 baru, dari penghentian bisnis hingga penguncian, untuk mengendalikan infeksi baru, yang dapat menciptakan gangguan pasokan baru. Aussie jatuh ke level 0,6716 dolar AS, terlemah sejak Juni 2020. Sementara itu, di pasar mata uang kripto, bitcoin turun 1,62 persen menjadi 20.519 dolar AS.
Berita Terkait
Nilai tukar rupiah ke dolar AS merosot
Selasa, 14 Mei 2024 9:47
Analis perkirakan rupiah terhadap dolar AS bergerak datar
Selasa, 7 Mei 2024 10:02
Nilai tukar rupiah pagi ini melemah
Selasa, 7 Mei 2024 9:31
Nilai tukar rupiah pagi ini menguat
Jumat, 3 Mei 2024 9:26
Nilai tukar rupiah hari ini menguat
Kamis, 2 Mei 2024 9:58
Menimbang opsi terbaik untuk menjaga kestabilan rupiah di tengah penguatan dolar
Jumat, 19 April 2024 7:22
Nilai tukar rupiah merosot jadi Rp15.655 per dolar AS
Kamis, 22 Februari 2024 10:06
Kurs Dolar AS menguat didorong PMI Jasa AS lebih baik
Rabu, 6 Desember 2023 8:57