PETANI HABISKAN 40.390 POHON UNTUK OMPRONGAN TEMBAKAU

id

      Mataram, 7/8 (ANTARA) - Peneliti dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Mataram Dr Hirwan Hamidi mengatakan  petani tembakau virginia mitra binaan satu perusahaan di Lombok menghabiskan 40.339 pohon atau 50.499 meter kubik kayu untuk satu kali pengomprongan (pemanasan).

     "Menurut hasil penelitian yang saya lakukan pada 2011, khusus untuk petani tembakau virginia binaan PT Export Leaf Indonesia (ELI), menghabiskan puluhan ribu pohon kayu untuk omprongan tembakau di Lombok," katanya di Mataram, Selasa.

     Menurut data jumlah perusahaan rokok yang memiliki petani binaan di Pulau Lombok hingga saat ini mencapai belasan yang masing-masing membina ratusan bahkan ribuan petani, sehingga kalau dihitung semua perusahaan, kayu yang dihabiskan setiap musim pengomprongan mencapai ratusan ribu pohon.

     Karena itu, kata Hirwan, petani dan perusahaan harus menanam puluhan ribu pohon untuk mengganti pohon yang ditebang untuk bahan bakar pengomprongan tembakau tersebut, namun kenyataan di lapangan belum ada yang menanam kembali sebagai pengganti pohon yang sudah ditebang.

    "Kalau pun ada yang menanam pohon asam, kesambik, loam dan jenis pohon keras lainnya, masa pertumbuhannya relatif lambat, dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk bisa besar dan bisa ditebang lagi," kata Hirwan.

    Kondisi ini, menurut dia, mengakibatkan terjadi degradasi lingkungan yang sangat merugikan kehidupan mahluk hidup terutama manusia. Karena itu perlu ada upaya untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah akibat pemanfaatan kayu untuk bahan bakar omprongan tembakau tersebut.

    "Penggunaan kayu secara berlebihan untuk pengomprongan tembakau memang sulit dihindari, karena kayu merupakan bahan bakar yang paling menguntungkan untuk pengomprongan tembakau  virginia, karena biayanya paling kecil," katanya.

    Hirwan mengatakan, menurut hasil penelitian yang dilakukan pada 2012, dari berbagai jenis bahan bakar, yang paling banyak adalah petani menggunakan campuran kayu dan briket batu bara mencapai 42 persen, kemudian campuran bahan bakar  batu bara curah dan kayu 10,40 persen.

    Petani yang menggunakan bahan bakar kayu murni atau tanpa campuran sekitar 4 persen, sementara yang menggunakan bahan bakar kayu dengan cangkang kemiri 2,80 persen dan minyak tanah campur solar 0,8 persen dan yang paling sedikit menggunakan elpiji hanya 0,80 persen.

     Jenis kayu yang paling banyak digunakan oleh petani di Pulau Lombok untuk bahan bakar pengomprongan tembakau adalah kayu asam mencapai 19,54 persen, kayu turi 5  persen, kayu kesambik 2,27 persen dan bahan bakar kayu loang yang merupakan jenis kayu langka di Lombok sebanyak 1,82 persen.

     "Sehubungan dengan cukup mahalnya harga kayu asam, banyak petani yang mencampur antara kayu asam dan loang sebanyak 7,7 persen dan ada juga petani menggunakan bahan bakar kayu banten dan kayu gamal," kata Hirwan.(*)