PREVALENSI HIPERTENSI DI INDONESIA TINGGI

id

Jakarta, 10/9 (ANTARA) - Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong tinggi tapi tidak tertangani dengan baik, kata dr Arieska Ann Soenarta, Sp JP dari RSJ Harapan.

"Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar Departemen Kesehatan (kini Kementerian Kesehatan-Red) 2007, 76 persen kasus hipertensi belum terdiagnosis," katanya di Jakarta, Senin.

Dia menambahkan, penting bagi masyarakat melakukan pemantauan tekanan darah untuk bisa memberikan profil tekanan darah dalam 24 jam.

"Selama ini, katanya, banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang hipertensi secara menyeluruh," katanya.

Dia menambahkan, untuk mensosialisasikan hal tersebut pihaknya menggelar InaSH dimana salah satu kegiatannya adalah workshop hipertensi yang didukung oleh PT Pfizer Indonesia.

Sementara itu, Director of Cardiovascular for the UCSF Fresno at Stanford University, yang juga anggota American Heart Association, Prakash Deedwania menambahkan tujuan pengobatan pada hipertensi adalah mengurangi risiko dan kerusakan organ.

Hal ini, kata dia, demi kualitas hidup pasien melalui kepatuhan pengobatan.

"Menurunkan tekanan darah dan mengontrolnya sesuai target penurunan darah adalah salah satu cara mengurangi risiko kematian, dan penyakit penyerta hipertensi, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke," katanya.

Dijelaskannya, di dalam tubuh terdapat pembuluh darah mikro yang mengalirkan darah.

Bila tekanan darah tinggi, pembuluh darah ini bisa rusak sehingga tidak mampu untuk menapis.

Kerusakan ini justru memicu tahanan perifer, yang bila rusak dapat mengeluarkan hormon yang membuat tekanan darah menjadi lebih tinggi lagi.

"Karena itu, pasien harus tetap mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah, dan menjaga ginjal supaya tetap terjaga," katanya.

Sementara itu, Public Affairs & Communications Director Pfizer Indonesia, Widyaretna Buenastuti mengatakan Pfizer telah berkontribusi sejak 20 tahun yang lalu dalam penatalaksanaan hipertensi.

"Tidak hanya melalui produk tetapi juga melakukan edukasi baik kepada kalangan medis maupun masyarakat. Ini merupakan sebuah komitmen dari visi kami untuk menjadikan Indonesia yang lebih sehat," katanya. (*)