Kemenkes penuhi alat Antropometri di 300 ribu posyandu

id Kemenkes, alat Antropometri, Kabupaten Jayapura,Papua,deteksi stuting, turunkan angka stunting

Kemenkes penuhi alat Antropometri di 300 ribu posyandu

Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Nida Rohmawati (kanan) saat melakukan peninjauan intervensi percepatan penurunan stunting di Posyandu Maleo 1 Kampung Nalokla, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (29/11) (ANTARA/Ardiles Leloltery)

Sentani (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI pada 2022 mulai memenuhi alat Antropometri atau alat pengukur berat dan tinggi badan bagi bayi berstandar nasional untuk 300 ribu posyandu yang ada di Indonesia untuk mendeteksi stunting sejak dini.

Ketua Tim Kerja Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes, Nida Rohmawati saat melakukan peninjauan intervensi percepatan penurunan angka stunting di Posyandu Maleo 1 di Kampung Nalokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa, mengatakan alat ukur Antropometri dengan standar nasional tersebut juga akan disebarkan pada 10.292 puskesmas di Indonesia.

Menurut Rohmawati, pengadaan alat Antropometri pada 2022 melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik di setiap kabupaten kota dan juga di tingkat pusat kemudian akan dilanjutkan pemenuhan 123 ribu puskesmas pada 2023. "Kami berharap para kader posyandu juga mampu menggunakan alat Antropomerti yang sesuai standar untuk timbangan digital bagi bayi," katanya.

Dia menjelaskan timbangan digital nantinya akan terhubung dengan bloetooth yang langsung menghubungkan dengan aplikasi pencatatan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGM).

"Sehingga penimbangan yang dilakukan oleh seluruh posyandu di Indonesia masuk dalam aplikasi tersebut dan langsung bisa kami lihat di pusat pada saat real time di hari yang sama saat data tersebut di input," ujarnya.

Saat ini kata dia, pemerintah memiliki program prioritas yakni menurunkan angka stunting karena berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 angka stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen. "Sehingga angka tersebut harus diturunkan menjadi 14 persen pada 2024 maka pemerintah betul-betul meningkatkan deteksi dini kondisi masalah gizi yang ada pada balita," katanya lagi.

Baca juga: Kemenkes mendorong pertumbuhan dokter spesialis lewat beasiswa
Baca juga: DEWA 19 akan konser di Solo hingga motor "off-road"


Dia menambahkan posyandu merupakan salah satu wadah untuk dapat memantau tumbuh dan kembang anak setiap bulan sehingga membutuhkan alat pengukuran pertumbuhan dan perkembangan bagi bayi harus berstandar serta akurat. "Supaya hasil pengukuran juga valid yang dapat dipantau sampai dengan satuan terkecil," ujarnya lagi.

Untuk berat badan anak-anak kata dia, harus terdeteksi kenaikan 5-10 gram dan tinggi badan satu mili meter karena inilah yang menentukan status gizi anak apakah kurang gizi atau mengalami stunting.