Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat melalui Tim Reaksi Cepat (TRC) tetap bersiaga selama 24 jam untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi selama masa cuaca ekstrem di wilayah itu.
"Begitu juga dengan pihak terkait masih tetap siaga, sebab cuaca ekstrem belum berakhir sesuai dengan prakiraan BMKG," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB H. Ruslan Abdul Gani di Mataram, Sabtu.
Ia mengatakan, pihaknya sudah membangun Posko Tanggap Darurat di Kantor BPBD NTB guna mengantisipasi potensi terjadinya bencana hidrometeorologi seperti beberapa waktu di sejumlah wilayah di NTB.
"Kita masih bersiaga 24 jam selama cuaca ekstrem ini. Dengan situasi sekarang ini, piket TRC ditambah dari jadwal biasanya untuk menambah kesiapsiagaan," ujarnya.
Ruslan mengatakan, sampai saat ini warga yang terdampak bencana di NTB sebanyak 673 jiwa. Jumlah itu merupakan data dari lima kabupaten/kota di NTB. Terutama di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) yang sempat terdampak banjir karena intensitas hujan yang cukup tinggi akhir pekan kemarin.
"Yang terdampak sebanyak 673 jiwa. Karena banjir ini disertai lumpur, sehingga pada saat terjadi banjir itu rumahnya tak bisa ditempati. Akhirnya kita bawa ke keluarga masing-masing dan Alhamdulillah hanya dalam hitungan jam setelah rumahnya dibersihkan, mereka kembali," terang Ruslan.
Untuk mitigasi jangka pendek, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi terkait dengan antisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi. Kemarin pihaknya bersama dengan TNI/Polri, SAR, Dinas Sosial, Dinas PUPR, Dinas Kesehatan dan sejumlah pihak lainnya telah melakukan pertemuan guna membahas terkait dengan bagaimana mitigasi kebencanaan.
"Bagaimana kajian-kajian kita terkait antisipasi bencana ini dan Alhamdulillah teman-teman dari Dinas OPD, SAR, TNI/Polri sudah siap perencanaannya, apa yang harus kita lakukan," katanya.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) Cucu Kusmayancu mengatakan, peningkatan curah hujan selama periode Natal dan Tahun Baru 2023 diakibatkan sejumlah dinamika atmosfer. Di antaranya, peningkatan aktifitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.
Meningkatnya intensitas cuaca dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, serta meningkatkan potensi awan hujan di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.
Dinamika atmosfer lainnya yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.
BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid memprakirakan potensi hujan lebat hingga sangat lebat yang bisa terjadi hingga 1 Januari 2023 di sebagian wilayah Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Sumbawa Barat, Bima, Kota Bima, dan Dompu.