New York (ANTARA) - Wall Street turun tajam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan S&P 500 dan Dow kehilangan hampir dua persen, penurunan harian terbesar mereka dalam lebih dari sebulan, setelah data ekonomi yang lemah memicu kekhawatiran resesi sementara komentar hawkish pejabat Federal Reserve kian memperburuk sentimen investor.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 613,89 poin atau 1,81 persen, menjadi menetap di 33.296,96 poin. Indeks S&P 500 merosot 62,11 poin atau 1,56 persen, menjadi berakhir di 3.928,86 poin. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 138,10 poin atau 1,24 persen, menjadi ditutup pada 10.957,01 poin.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor bahan pokok konsumen dan utilitas masing-masing jatuh 2,65 persen dan 2,41 persen, memimpin penurunan. Penurunan Rabu (18/1/2023) adalah kerugian pertama Nasdaq dalam delapan sesi, sementara S&P dan keduanya melihat penurunan persentase harian terbesar sejak 15 Desember.
Sebelum pasar dibuka, data ekonomi AS menunjukkan penjualan eceran dan harga produsen turun lebih dari yang diharapkan pada Desember, sementara produksi di pabrik-pabrik AS turun lebih besar dari yang diperkirakan dan output November lebih lemah dari yang diperkirakan.
"Tampaknya investor akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa mengendalikan inflasi bukanlah makan siang gratis dan semua pengetatan yang harus dilakukan Fed untuk membuat inflasi bergerak ke arah yang benar, disertai dengan biaya ekonomi," kata Michael Reynolds, wakil presiden strategi investasi di Glenmede. "Investor mungkin memiliki keyakinan yang salah bahwa skenario soft landing ini adalah peristiwa probabilitas yang lebih tinggi daripada yang sebenarnya."
Dengan indeks-indeks Wall Street menunjukkan keuntungan sejauh ini untuk tahun 2023, Sam Stovall, kepala strategi investasi di penelitian CFRA, mengatakan beberapa investor melihat data yang lemah sebagai peluang untuk mengambil keuntungan.
"Pasar overbought. Data ekonomi hari ini berfungsi sebagai pemicu untuk memulai aksi ambil untung dan kelompok dengan keuntungan terbanyak adalah yang terbaik tahun lalu," kata Stovall.
Sebelumnya pada hari itu, Presiden Fed St. Louis James Bullard dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester menekankan perlunya menaikkan suku bunga di atas 5,0 persen untuk menurunkan inflasi.
Menjelang sore, Presiden Federal Reserve Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa dia mengharapkan Fed untuk menaikkan suku bunga beberapa kali lagi tahun ini meskipun dia mengulangi komentar sebelumnya bahwa dia siap untuk bank sentral AS bergerak ke laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat karena tanda-tanda pendinginan inflasi.
Komentar The Fed juga menyoroti perbedaan antara perkiraan bank sentral AS tentang suku bunga terminal dan ekspektasi pasar, yang suku bunganya memuncak di 4,88 persen pada Juni. Pedagang sekarang bertaruh pada kenaikan suku bunga 25 basis poin pada Februari.
Baca juga: Wall Street beragam, investor pertimbangkan kenaikan bunga kurang agresif
Baca juga: Wall Street ditutup menguat, S&P dan Nasdaq catat penurunan
Investor juga fokus pada musim laporan keuangan kuartal keempat sebagai jendela bagaimana kinerja perusahaan Amerika dengan latar belakang suku bunga yang lebih tinggi. Para analis sekarang memperkirakan laba tahun-ke-tahun dari perusahaan-perusahaan S&P 500 turun 2,6 persen untuk kuartal tersebut, menurut data Refinitiv, dibandingkan dengan penurunan 1,6 persen di awal tahun.
Saham Moderna Inc naik 3,3 persen setelah melaporkan data yang menunjukkan efektivitas vaksin virus pernapasan syncytial (RSV). Saham PNC Financial Services Group Inc anjlok 6,0 persen setelah meleset dari estimasi laba kuartal keempatnya. Di bursa AS, 11,76 miliar saham berpindah tangan pada Rabu (18/1/2023) dibandingkan dengan rata-rata 10,45 miliar untuk 20 sesi terakhir.