Disnak NTT sebut jumlah kasus babi mati mendadak 349 ekor

id NTT, kasus ASF,babi mati mendadak di NTT,Kota Kupang,babi mati mendadak

Disnak NTT sebut jumlah kasus babi mati mendadak 349 ekor

Foto bersama sejumah peserta focus grup diskusi (FGD) membangun kolaborasi pentahelix dalam mitigasi risiko penyebaran hama penyakit berbahaya di Provinsi NTT, di Kupang, NTT, Rabu (8/2/2023). ANTARA/Kornelis Kaha.

Kupang (ANTARA) - Dinas Peternak Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan babi mati mendadak di NTT terus bertambah dari semula 318 pada Senin (6/2) kini bertambah menjadi 349 kasus. "Terjadi penambahan sekitar 31 kasus baru di NTT," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT Melky Angsar, di Kupang, Rabu, di sela focus grup diskusi (FGD) membangun kolaborasi pentahelix dalam mitigasi risiko penyebaran hama penyakit berbahaya di Provinsi NTT.

Melky merinci ternak babi yang mati secara mendadak tersebut yang pertama jumlahnya didominasi oleh Kabupaten Kupang dengan jumlah kasus babi mati mendadak mencapai 77 ekor, disusul Sumba Barat Daya 53 ekor, dan ketiga adalah Kota Kupang dengan jumlah kasus 49 ekor.

Kemudian pada urutan keempat adalah Kabupaten Nagekeo dengan jumlah kasus 47 ekor kasus babi mati mendadak, Kabupaten Sikka 43 kasus, dan Flores Timur 33 kasus serta Sumba Barat tiga kasus. Dia mengatakan bahwa sejumlah babi yang mati itu, tidak semuanya karena terjangkit African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika. "Tetapi ada juga yang mati begitu saja, ketika diambil sampelnya bukan karena ASF tetapi karena memang sakit," ujar dia.

Baca juga: Disnak NTT optimistis sektor peternakan tumbuh cepat
Baca juga: Kodim dan Disnak Lombok Tengah mulai memeriksa hewan ternak untuk kurban


Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang Yulius Umbu Hunggar dalam FGD tersebut mengatakan Karantina Pertanian Kupang selama ini terus berusaha agar berbagai kasus hewan ternak mati akibat hama terus dicegah. "Kami sudah bablas dengan adanya ASF ini, tetapi kami tidak ingin kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) atau virus baru lagi yang dinamakan Lumpy Skin Disease (LSD) bagi sapi," ujar dia.

Dia menambahkan untuk mencegah menyebarnya kasus ASF dan mencegah masuknya PMK dan LSD butuh kerja sama semua pihak, baik dari pemerintah, kepolisian, TNI, KSOP, akademisi dan media. Ia juga menambahkan bahwa untuk mencegah penyebaran hama penyakit bagi hewan, beberapa waktu lalu juga pihaknya sudah memusnahkan 500 kilogram daging babi yang berasal dari Bau-Bau, Sulawesi Tenggara.