Wali Kota Bogor ungkap enam faktor cegah kekurangan SDM

id Bogor, Jepang, anak muda, orang tua, 6 faktor, SDM

Wali Kota Bogor ungkap enam faktor cegah kekurangan SDM

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto saat swafoto bersama siswi-siswi peserta talkshow Aman dan Bijak Menggunakan Media Online yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bogor di Paseban Sri Baduga, Balai Kota Bogor, Rabu (8/3/2023). (ANTARA/HO/Pemkot Bogor)

Kota Bogor (ANTARA) - Wali Kota Bogor, Jawa Barat Bima Arya Sugiarto mengungkapkan ada enam faktor yang harus dilakukan Indonesia untuk mencegah kekurangan sumber daya alam (SDM) unggul di usia produktif seperti yang dialami Jepang saat ini.

Dalam talkshow Aman dan Bijak Menggunakan Media Online yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bogor di Paseban Sri Baduga, Balai Kota Bogor, Rabu, Bima Arya mengingatkan peran orang tua, lingkungan sekitar dan para tokoh yang mempengaruhi pola pikir anak.

"Secara teori ada enam hal atau faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pertama, pola asuh orangtua. Orangtua mengajarkan agama dan adab tidak? mengajarkan disiplin dan hormat kepada orangtua tidak? Kalau jawabannya tidak, maka masa depan suram," ujar Bima Arya.

Talkshow yang dihadiri 150 siswa siswi SMP negeri dan swasta ini dibuka Wali Kota Bogor, Bima Arya yang sekaligus memberikan pesan bagi para generasi muda, orang tua dan lingkungan sekitar mengenai peran mereka.

Menurut Bima, selain peran orang tua selagi bersama anaknya, bagi anak-anak yang orang tuanya sudah wafat maka faktor kedua yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu lingkungan sekitar, sahabat atau tokoh masyarakat.

Ketiga, yang berpengaruh yakni nutrisi dan gizi karena bisa mempengaruhi cara berpikir dan stamina anak. "Keempat, permainan dan tontonan. Kita main dan nonton apa berpengaruh pada pola pikir," jelasnya.

Selanjutnya, faktor kelima yakni hiburan dan rekreasi. Sesekali mencari hiburan di media sosial boleh tapi kalau hidup hanya berkutat pada media sosial maka hidup "akan selesai" atau tidak beranjak menjadi lebih baik.

Hal itu karena, hiburan dan rekreasi ini bisa masuk ke dalam alam bawah sadar. Terbukti, anak-anak muda saat ini banyak yang berpikir untuk childfree dan tidak mau menikah. "Jepang negara hebat, modern dan canggih, tapi terancam punah karena malas menikah. Hiburan dan rekreasi kita menentukan keyakinan kita. Jadi hati-hati memilih hiburan dan rekreasi. Dan keenam faktor eksplorasi. Sejauh mana orangtua bisa membuat anak-anak terus memiliki sikap untuk memecahkan dan mengatasi masalah sendiri, kalau tidak nanti anak akan bergantung kepada orangtua," katanya.

Kepala DP3A Kota Bogor, Dody Ahdiat mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan pertama DP3A yang turut didukung Childfund dan Warga Upadaya. Pihaknya memang menyasar anak-anak SMP yang memang usia mereka lebih rentan dalam bermain media sosial dan perlu edukasi.

Baca juga: Polres Bogor tangkap 39 tersangka curanmor
Baca juga: Bogor rencana integrasikan data stunting dalam aplikasi SOLID


Tujuan kegiatan ini tentunya ingin anak-anak yang sekarang ikut talkshow ini bisa menjadi agen di sekolahnya masing-masing, bijak menggunakan media sosial, bisa berkarya di dunia nyata, mempunyai karakter yang kuat dan menjadi generasi berkarakter.

"Setelah diskusi ini akan ada kesepakatan bersama dalam bentuk pernyataan yang akan kita sebarkan dan sosialisasikan ke semua sekolah. Harapan kami setelah ada kegiatan ini kasus-kasus pelecehan atau kekerasan di media sosial bisa menurun dan semakin ada kesadaran dari anak-anak sekolah dan keterlibatan dari guru dan orang tua," katanya.