Pestisida kimia merupakan produk yang sangat familiar bagi pelaku di bidang pertanian, bahkan menjadi tumpuan yang efektif jika ada permasalahan yang berkenaan dengan hama serta penyakit yang menyerang tanaman.
Serangan wereng, ulat daun, serangga dan lainnya, seketika dapat teratasi dengan penggunaan bahan kimia sintesis, yang dengan mudah dijumpai di berbagai toko pertanian.
Sayangnya, mahalnya harga bahan kimia dan efek sampingnya yang membahayakan lingkungan, membuat produk ini sering menjadi keluhan. Baik oleh kalangan petani, maupun pegiat lingkungan.
Keluhan sejumlah pihak inilah, yang membuat masyarakat mulai berpaling kepada pestisida alternatif, yang diharapkan bisa mengusir hama dan penyakit pada tanaman, harganya tidak mahal, sekaligus tidak mencemari alam. Salah satu pilihan alternatif adalah menggunakan pestisida nabati.
Buku `Mudah Membuat Pestisida Nabati Ampuh` hadir di momen yang tepat, tatkala masyarakat membutuhkan pengetahuan mendalam tentang pestisida berbahan alam, sekaligus cara meraciknya. Buku ini diterbitkan PT AgroMedia Pustaka Utama dan ditulis Subiyakto Sudarmo dan Sri Mulyaningsih, setebal 112 halaman.
Sebenarnya pestisida nabati sudah digunakan sejak tiga abad yang lalu. Pada tahun 1690, para petani di Prancis sudah menggunakan daun tembakau yang diperas, untuk mengatasi serangan hama kepik. Berlanjut sekitar tahun 1800, petani di Parsi sudah terbiasa menggunakan bubuk Piretrum untuk mengendalikan hama agar tidak meluluhlantakkan tanaman pertanian.
Namun, gencarnya penggunaan pestisida kimia yang dalam sekejab mampu memusnahkan hama yang menyerang tanaman, membuat petani perlahan-lahan meninggalkan pestisida nabati.
Setelah menemukan fakta bahwa penggunaan pestisida kimia dapat menimbulkan resistensi pada sejumlah hama, serta tuntutan konsumen agar tidak ada residu bahan berbahaya pada sayuran dan buah-buahan yang dijual di pasaran, membuat pestisida nabati berbahan alami ini kembali dilirik untuk dipergunakan.
Pestisida nabati dibuat menggunakan ekstrak tanaman tertentu, yang memiliki khasiat untuk mengendalikan hama dan penyakit. Pilihan menggunakan ekstrak tanaman ini, memiliki sejumlah kelebihan. Antara lain, sukar menimbulkan resistensi atau kekebalan terhadap hama, harganya murah, cepat terdegradasi sehingga tidak menimbulkan efek buruk bagi lingkungan, menghasilkan produk pertanian yang sehat dan bebas residu, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, dan sejumlah kelebihan lainnya.
Suyatno, petugas lapang tembakau dari Kebun Percobaan Sumberrejo, Bojonegoro, yang sedang bertugas di Jember, menyatakan, penggunaan pestisida nabati biji mimba (EBM) dapat mensubstitusi pestisida kimia sampai 50 persen.
EBM yang diaplikasikan secara bergantian dengan pestisida kimia, ternyata memperlihatkan hasil yang efektif karena dapat menekan kerusakan daun tembakau sampai 7 persen. Penekanan kerusakan ini amat besar artinya, karena daun tembakau yang dikehendaki pasar adalah yang merupakan lembaran daun utuh, untuk digunakan sebagai pembungkus dan pembalut cerutu.
Wakidin, petani bawang merah asal Dukuh Alastuwo, Desa Banaran Wetan, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, menyatakan, dirinya sudah biasa menggunakan pestisida nabati berupa rendaman tembakau untuk mengendalikan hama ulat grapyak (`Spodoptera exigua`) (halaman 7).
Tumbuhan untuk Pestisida Nabati
Tanpa banyak yang menyadari, sebenarnya tumbuh-tumbuhan yang hidup di lingkungan sekitar kita banyak yang mengandung pestisida nabati. Apalagi dengan keberagaman vegetasi di tanah Indonesia, maka ada begitu banyak pilihan pestisida nabati yang siap untuk dimanfaatkan pada dunia pertanian. Akan tetapi, tentu membutuhkan pengetahuan lebih dulu untuk mengenali jenis tumbuhan apa saja yang bisa digunakan sebagai pestisida nabati, dan apa saja kandungan di dalamnya.
Salah satu jenis tumbuhan yang populer digunakan sebagai pestisida nabati adalah brotowali (`Tinospora rumpii Boerl`). Tumbuhan ini di beberapa daerah disebut butrawali, andawali, bratawali dan antrawali.
Mengenali brotowali, tidak begitu sulit karena tanaman ini tumbuh merambat hingga mencapai 2,5 m atau lebih, dan sering dijumpai di kawasan hutan atau kebun-kebun penduduk. Batang brotowali ini sangat pahit, karena mengandung glikosida, alkaloid, pikroretosid, harsa, berberin, palmatin, kolumbin, pati, damar lunak dan pikrotoksin.
Cara mempergunakan brotowali sebagai pestisida nabati adalah dengan menumbuk batang atau akarnya, kemudian direndam dalam air sebanyak 1 liter. Air rendaman brotowali ini lantas diaduk dan disaring, dan siap digunakan sebagai pestisida nabati, dengan cara menyemprotkan pada bagian tanaman yang terserang hama penggerek batang, ulat kubis, belalang dan wereng.
Tanaman lainnya yang sering digunakan petani sebagai pestisida nabati adalah gamal (`Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth). Bagian tanaman gamal yang bisa digunakan sebagai pestisida nabati adalah kulit kayu dan daunnya.
Deskripsi tanaman gamal adalah dapat mencapai ketinggian 15 meter, batang tunggal dan kadang bercabang, kulit batang berwarna coklat keabu-abuan. Daun berbentuk menyirip, dengan helai saling berhadapan dan berujung meruncing. Bunga gamal berwarna merah muda dan kadang merah, susunannya tegak. Bahan kimia di dalam gamal adalah prussic acid, alkaloid, tannin dan dicoumerol.
Pemanfaatan gamal sebagai pestisida nabati adalah menumbuk daunnya dan diberi air, kemudian disemprotkan pada tanaman yang terserang ulat jengkal, ulat tanah atau ulat kecil yang sering dijumpai pada pohon tomat. Waktu penyemprotan yang efektif adalah pagi atau sore hari.
Jenis-jenis tanaman lain yang bisa dimanfaatkan petani untuk melindungi tanamannya dari serangan hama dan penyakit adalah kirinyuk (`Eupatorium odoratum`), serai wangi (Cymbopogan nardus (L.), sirih (`Piper betle Linn.`), kunyit (`Curcuma domestica`), kelor (`Moringa oleifero`), putri malu (`Mimosa pudica`), kenikir (`Tagetes erecta`), srikaya (`Annona squamosa), sirsak (`Annona muricata Linn.`) dan masih banyak tumbuhan lainnya yang terbukti bisa dipakai sebagai pestisida nabati.
Tumbuhan-tumbuhan itu gampang ditemui di berbagai tempat. Misalnya, di tepi jalan, ladang atau kebun, bertumbuh secara liar di hutan atau sembarang tempat lainnya, yang gampang ditemukan keberadaannya bagi warga untuk dimanfaatkan. Kemudahan untuk mendapatkan, serta sering kali tidak perlu mengeluarkan uang untuk membelinya, membuat tumbuhan tersebut potensial dimanfaatkan semaksimal mungkin guna mendukung bidang pertanian sebagai pestisida alami.
Atas dasar inilah, maka kehadiran buku `Mudah Membuat Pestisida Nabati Ampuh` sudah ditunggu publik untuk memperdalam pengetahuan masyarakat umum, atau yang secara khusus bergelut di bidang pertanian. Apalagi belakangan sedang marak pertanian `back to nature`, sebagai langkah untuk menyeimbangkan alam lingkungan dan menjauhkan konsumen dari produk pertanian berbahan kimia yang membahayakan kesehatan.
Pengulasan 43 bahan dasar pestisida berbahan alami, disertai `step by step` langkah mudah membuat pestisida nabati yang siap digunakan untuk mengendalikan hama dan serangan penyakit secara fisik, mekanis dan kultur teknis, membuat `Mudah Membuat Pestisida Nabati Ampuh` amat berguna sebagai pegangan bagi pelaku usaha yang menggeluti bidang agribisnis. Sekaligus sangat bermanfaat bagi masyarakat yang hobi bercocok tanam.
*) Penulis buku dan artikel
Resensi buku - Kembali pada Pestisida Nabati
Dengan keberagaman vegetasi di tanah Indonesia, maka ada begitu banyak pilihan pestisida nabati yang siap untuk dimanfaatkan pada dunia pertanian.