Penghargaan Kalpataru kepada 10 pahlawan lingkungan

id penghargaan kalpataru,pahlawan lingkungan,hari lingkungan hidup sedunia,menteri lingkungan hidup dan kehutanan,klhk,siti,Penghargaan Kalpataru kepada

Penghargaan Kalpataru kepada 10 pahlawan lingkungan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar memberikan penghargaan Kalpataru kepada para pahlawan lingkungan hidup dan kehutanan di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian LHK, Jakarta Pusat, Senin (5/6/2023). (ANTARA/HO-Kementerian LHK)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar memberikan penghargaan Kalpataru kepada 10 pahlawan lingkungan yang telah berjasa dalam melestarikan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia.
 
"Penghargaan Kalpataru merupakan amanah bagi penerimanya untuk tetap menjaga dan meningkatkan pelaporan serta upaya-upaya pemeliharaan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan," ujarnya di Jakarta, Senin.
 
Siti menuturkan ada 10 pahlawan lingkungan yang mendapatkan penghargaan tersebut yaitu empat penerima dari kategori Perintis Lingkungan, satu penerima dari kategori Pengabdi Lingkungan, tiga penerima dari kategori Penyelamat Lingkungan, dan dua penerima dari kategori Pembina Lingkungan.
 
Kategori Perintis Lingkungan diraih oleh aktivis lingkungan bernama Muhammad Ikhwan asal Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dia menyelamat karst di kawasan Rammang-rammang seluas 356 hektare dari eksploitasi kegiatan tambang melalui advokasi sejak tahun 2007.
 
Lalu, ada Misman yang pernah berprofesi sebagai mantan wartawan dan mengabdikan dirinya untuk membersihkan sampah di Sungai Karang Mumus yang membelah Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
 
Selanjutnya, mantan pekerja migran, Asep Hidayat Mustopa, mendapat penghargaan atas kiprahnya melestarikan hanjeli atau Coix lacyma-jobi di Sukabumi, Jawa Barat. Kemudian, Kalpataru kategori Perintis Lingkungan juga diraih oleh Dani Arwanto melalui pertanian perkotaan dimana ia berhasil mengatasi masalah sosial-budaya dan lingkungan di wilayah metropolitan yang secara geografis rentan terhadap dampak perubahan iklim.
 
Kalpataru kategori Pengabdi Lingkungan diraih oleh Arsyad yang berprofesi sebagai petugas loket dan penjaga kebersihan objek wisata di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Arsyad menyelamatkan komodo karena prihatin atas persepsi masyarakat terhadap komodo yang dianggap sebagai hama.
 
Kalpataru Penyelamatan Lingkungan diraih oleh Perkumpulan Pengelola Hutan Adat Dayak Abay Sembuak (PPHA-DAS) yang berkontribusi menyelamatkan ekosistem, khususnya DAS Sembuak dan hutan tersisa di wilayah adat Dayak Abay Sembuak, Kalimantan Utara.
 
Penghargaan kategori serupa juga diperoleh Yayasan Ulin dari Kutai Timur, Kalimantan Timur, yang bertekad untuk menyelamatkan dan menjaga kelestarian habitat buaya badas hitam dan buaya supit yang terancam punah.
 
Kemudian, Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK) Damaran Baru juga meraih Kalpataru Penyelamat Lingkungan. Lembaga yang melibatkan perempuan dalam kegiatannya itu melakukan perlindungan hutan Damaran Baru di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.
 
Adapun Kalpataru kategori Pembina Lingkungan diperoleh Petronela Merauje. Perempuan asli Kampung Enggros, Jayapura ini berhasil menjaga dan melakukan perlindungan Hutan Perempuan (Tonotwiyat) serta Teluk Youtefa.
 
Selanjutnya, ada Nugroho Widiasmadi yang juga meraih penghargaan serupa. Dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang itu berhasil menemukan mikroorganisme yang mampu menjadi dekomposer handal dan mengembangkan sistem pertanian organik terintegrasi menggunakan Microbacter alfaafa-11 (MA-11) tersebut.
 
 
"Saat ini selain penghargaan Kalpataru, pemerintah memberikan penghargaan khusus untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tahun 2023 kepada satu penerima atas dedikasinya di bidang pengembangan jejaring ekowisata," kata Menteri LHK.

Baca juga: Penghargaan dari Mensos terkait penanganan bencana untuk Jember
Baca juga: Pemprov NTB sabet penghargaan Anugerah Merdeka Belajar
 
Penghargaan Khusus itu diraih  Awam atas dedikasinya menyelamatkan wilayahnya dari penambangan liar galian C dan mengembangkan potensi desa wisata berwawasan lingkungan di Desa Cibuntu, Kuningan, Jawa Barat.
 
Kementerian LHK mengembangkan kategori penghargaan khusus itu untuk merespons berbagai inovasi yang tumbuh di tengah masyarakat dalam kurun waktu empat dekade terakhir. "Kami sangat paham bahwa kebijakan pemerintah dan aturan berkembang menurut kebutuhan sosiologi-politik di tengah-tengah masyarakat. Pengembangan baru ke depan masih sangat dibutuhkan dengan berbagai tantangan yang ada, baik secara global, nasional, maupun lokal," terang Siti.

Kementerian LHK (KLHK) menggelar penganugerahan penghargaan Kalpataru setiap tahun dalam rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Kegiatan ini telah dilakukan sejak tahun 1980 dan berkelanjutan sampai sekarang.