Pemkab Lombok Barat menyediakan buku bahan ajar pencegahan HIV/AIDS

id buku HIV/AIDS,buku bahan ajar pencegahan HIV/AIDS,Lombok Barat,Buku

Pemkab Lombok Barat menyediakan buku bahan ajar pencegahan HIV/AIDS

Wakil Bupati Lombok Barat Hj Sumiatun (tengah) menunjukkan buku bahan ajar yang berisi informasi tentang HIV/AIDS. (ANTARA/HO-Prokopim Lobar)

Lombok Barat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menyediakan bahan ajar dasar bagi para guru tentang pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

"Pemerintah daerah telah meluncurkan buku bahan ajar pencegahan HIV/AIDS pada sekolah atau madrasah negeri dan swasta se-Lombok Barat," kata Wakil Bupati Lombok Barat Hj Sumiatun dalam sosialisasi bahan dasar ajar pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Lombok Barat, Jumat.

Menurut dia, HIV adalah virus yang menyebabkan infeksi, sedangkan AIDS adalah kondisi atau sindrom. Terinfeksi HIV bisa membuat seseorang mengalami AIDS akibat rusaknya sistem imun.

Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten (KPAK) Lombok Barat pada 2021 terdapat 255 kasus HIV dan 168 kasus AIDS 168. Total Kasus HIV/AIDS pada 2021 sebanyak 423 kasus.

Pada 2022 terjadi kenaikan kasus, yakni sebanyak 276 kasus HIV dan 183 kasus AIDS.

Menurut Sumiatun, penanganan HIV termasuk dalam satu standar pelayanan minimal di bidang kesehatan.

"Artinya tugas ini tidak hanya melekat pada tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama karena terkait dengan perilaku," ujarnya.

Sumiatun berharap sosialisasi yang dilakukan akan menjadi pedoman bagaimana buku bahan ajar dasar tersebut bisa menjadi sarana untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS menuju three zero sebelum tahun 2030.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat H Nasrun mengatakan penerapan kurikulum HIV/AIDS untuk sekolah mulai tingkat SD, SMP, dan madrasah negeri akan diujicobakan pada tahun ajaran baru 2023.

Uji coba tersebut, menurut dia, membutuhkan kompetensi dan kesiapan guru yang akan memberikan materi pelajaran.

"Guru yang memiliki kompetensi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS masih minim. Oleh karena itu, sebelum memberikan materi, mereka perlu memperoleh pelatihan terlebih dulu sehingga bisa menyampaikan materi dengan benar," ucapnya.