DLH Mataram-rumah makan menyiapkan kerja sama olah sampah sisa makanan

id Maggot Mataram

DLH Mataram-rumah makan menyiapkan kerja sama olah sampah sisa makanan

Telur maggot bagian dari pengembangan maggot untuk mengurai sampah organik di Mataram Maggot Center (MMC) Kebon Talo Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Nirkomala)  

Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiapkan konsep kerja sama dengan sejumlah rumah makan dan restoran di daerah itu untuk pengumpulan dan pengambilan sampah sisa makanan yang akan diolah menjadi pakan maggot.

Pejabat Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Irwansyah di Mataram, Senin, mengatakan upaya kerja sama tersebut untuk memenuhi kebutuhan pakan maggot sekaligus menghindari pembuangan sampah sisa makanan di sembarang tempat.

"Dari pada sisa makanan mereka buang ke saluran atau sungai, lebih baik dikumpulkan dan kami siap ambil secara berkala untuk pakan maggot," katanya.

Dia mengatakan konsep kerja sama dengan rumah makan tersebut saat ini masih dalam tahap pembahasan dan ditargetkan rampung paling lambat pertengahan November 2023.

"Dengan demikian, kita bisa lebih cepat jemput bola untuk pengambilan sampah sisa makanan untuk jadi pakan maggot," katanya.

Irwansyah berharap, dengan adanya kerja sama itu kebutuhan sampah dari sisa makanan termasuk sisa buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan pakan maggot yang saat ini dikembangkan Mataram Maggot Center (MMC) Kebon Talo sebanyak 60 biopond ukuran 2x1 meter dengan produksi 100 kilogram per hari.

Maggot atau belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) saat ini dikembangkan di MMC, aktif memakan sampah organik. Bahkan, dalam sehari sampah organik sisa makanan, buah, dan sayur dari rumah tangga terurai hingga 3,5 ton.

Dari jumlah 3,5 ton itu, katanya, baru terpenuhi saat ini sekitar dua ton karena pihaknya juga berebut sampah rumah tangga dengan para pembudidaya maggot yang saat ini mulai banyak di tingkat lingkungan dan kelurahan.

"Kekurangan pakan itu, bisa terpenuhi berkat adanya kerja sama dengan sejumlah distributor. Jadi kalau ada makanan kedaluwarsa, distributor langsung bawa ke MMC," katanya.