Sumbawa Barat (Antara NTB) – Desa Budaya Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat akan menjadi tuan rumah kejuaraan nasional paralayang, Paragliding Trip Open Indonesia (TROI) Seri III yang akan digelar 1-4 September 2016.
Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumbawa Barat, Deden Zaidul Bahri, yang juga inisiator event berskala nasional itu, menyatakan persiapan pelaksanaan event dimaksud sudah 75 persen.
"Saat ini kami sedang melakukan perluasan area yang akan menjadi lokasi start para atlet,” ujarnya di Taliwang, Ibu Kota Sumbawa Barat, Senin.
Event yang merupakan kelanjutan dari Seri II yang telah dilaksanakan di Manado Sulawesi Utara itu, kata Deden, akan diikuti oleh 200 orang atlet paralayang Indonesia dan sejumlah atlet para layang dari luar negeri.
"Untuk peserta dari luar negeri kami masih mengkonfirmasi kepastian keikutsertaannya. Keikutsertaan mereka penting artinya untuk promosi event sekaligus potensi wisata Mantar," ujarnya.
Deden mengatakan ditetapkannya Mantar sebagai tuan rumah merupakan suatu kehormatan karena pengembangan desa budaya tersebut sebagai lokasi paralayang baru mulai intensif dilaksanakan dalam satu tahun terakhir yang sekaligus menjadi peluang untuk pengembangan sport tourism sekaligus promosi potensi wisata Kabupaten Sumbawa Barat.
"Event ini menjadi momentum yang sangat bagus untuk promosi wisata yang sedang gencar dilaksanakan Pemerintah Daerah Sumbawa Barat,” katanya.
Dibandingkan lokasi lain di seluruh Indonesia, menurut Deden, Mantar memiliki keunggulan tersendiri bagi penggemar olahraga paralayang.
Itu diakui oleh atlet paralayang dari seluruh dunia yang sempat ambil bagian dari eksebisi paralayang dalam rangka peringatan Hari Lahir Kabupaten Sumbawa Barat Nopember 2015 lalu.
Keunggulan itu antara lain, elevasi yang mencapai 650 meter diatas permukaan laut, kondisi angin yang stabil (laminer) sehingga memungkinkan untuk terbang sekaligus mendarat di lokasi yang sama.
"Keunggulan lainnya adalah panorama yang sangat indah, dimana suasana pedesaan yang masih asli, berpadu dengan pemandangan pantai (Selat Alas) dan panorama pegunungan (puncak Rinjani di Pulau Lombok). Para atlet para layang yang ikut eksebisi tahun 2015 bahkan menyamakan Mantar dengan Oludeniz Turki,” ungkap Deden.
Desa Mantar ditetapkan sebagai Desa Budaya melalui Peraturan Daerah (Perda) Sumbawa Barat sejak tahun 2014. Desa yang terletak puncak bukit tersebut, semakin terkenal setelah dijadikan lokasi syuting film Serdadu Kumbang pada 2013.(*)
Mantar Tuan Rumah Paragliding Trip Open Indonesia Seri III
Saat ini kami sedang melakukan perluasan area yang akan menjadi lokasi start para atlet,”