Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta menyebutkan, tingkat inflasi DKI Jakarta pada Januari 2024 terhadap Januari 2023 secara tahunan (year on year) sebesar 1,83 persen antara lain salah satunya karena kenaikan harga beras.
Plt. Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Dwi Paramita Dewi merinci bahwa berdasarkan kelompok pengeluaran, penyumbang utama inflasi tahunan di Jakarta adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang inflasi sebesar 5,59 persen dengan andil 1,04 persen.
"Komoditas utama pendorong inflasi tahunan pada kelompok ini adalah beras dengan andil 0,25 persen; daging ayam ras 0,10 persen; cabe merah 0,08 persen; dan sigaret kretek mesin 0,07 persen," kata Dwi dalam siaran di saluran YouTube BPS DKI Jakarta, di Jakarta, Jumat.
Lebih lanjut, Dwi menyebutkan bahwa dalam kelompok makanan, minuman dan tembakau, beras mengalami inflasi sebesar 12,88 persen sehingga memberi andil terhadap deflasi 0,25 persen. Selain kelompok makanan, minuman dan tembakau, ada juga kelompok lainnya yang menyumbang inflasi tahunan di Jakarta, yakni perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,82 persen, serta penyediaan makanan dan minuman atau restoran sebesar 2,06 persen.
Pada kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran, komoditas penyumbang utama inflasi adalah kue kering berminyak, sedangkan pada perawatan pribadi dan jasa lainnya, disumbang oleh emas perhiasan.
Baca juga: Jumlah penumpang pesawat di NTB Desember 2023 naik 5,76 persen
Baca juga: Ekonomi RI alami inflasi 0,04 persen pada Januari 2024
Meskipun secara umum mengalami inflasi tahunan, kelompok pakaian dan alas kaki justru mengalami deflasi sebesar 2,08 persen dengan andil 0,10 persen. Komoditas utama yang mendorong deflasi adalah celana dalam pria, sabun cuci piring, tarif pesawat dan telur ayam ras.
Bila dilihat secara tahunan, tingkat inflasi tahunan DKI Jakarta pada Januari 2024 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 3,83 persen pada Januari 2023.