Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian mengupayakan untuk melakukan industrialisasi subtitusi impor produk farmasi atau mengganti produk asing dengan buatan dalam negeri dengan cara memproduksi fitofarmaka (obat berbahan baku alami).
Hal tersebut dilakukan karena menurutnya industri fitofarmaka di Indonesia memiliki potensi besar untuk dapat bersaing di pasar internasional.
"Itu salah satu substitusi impor, karena semakin banyak obat berbasis alam, maka semakin sedikit kita mengimpor obat-obatan," katanya usai menghadiri acara Kick Off Penghargaan P3DN Tahun 2024 di Jakarta, Senin.
Menperin menyampaikan salah satu cara yang dilakukan pihaknya untuk mewujudkan subtitusi impor industri farmasi yakni dengan meresmikan fasilitas produksi obat berbasis bahan alami yang disebut sebagai House of Wellness.
Dirinya menyampaikan, fasilitas yang kini berstatus badan layanan umum (BLU) tersebut bisa membantu industri farmasi di tanah air untuk dapat mengembangkan produk obat-obatan berbahan baku alami yang terstandardisasi.
"Jadi dengan sudah berstatus BLU, tentu mereka nanti banyak melakukan upaya-upaya kerjasama berbagai pihak dengan industri-industri obat berbasis alam," ujarnya.
Lebih lanjut Menperin mengatakan salah satu obat fitofarmaka yang diproduksi oleh Indonesia sudah berhasil mengatasi diabetes, dan obat tersebut kini sudah digunakan di Eropa.
"Kalau obat berbasis alam sudah bisa untuk menyelesaikan masalah diabetes, saya kira permasalahan kesehatan lainnya bisa disembuhkan dari obat berbasis alam," ujarnya.
Baca juga: Kemenperin target sertifikasi halal 1.250 industri kecil
Baca juga: Kemenperin berharapkan industri makanan berperan capai NZE
Sebelumnya pada Selasa (6/2), Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan saat ini terdapat beberapa komponen perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, seperti Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), dan Industri Obat Tradisional (IOT), yang telah menghasilkan 17.000 obat bahan alam golongan jamu, 79 jenis obat herbal terstandard dan 22 jenis fitofarmaka.
Sementara itu berdasarkan data Bank Indonesia, volume industri dalam Promp Manufacturing Index-BI (PMI-BI) pada industri kimia, farmasi dan obat tradisional menunjukkan nilai optimis di atas 50 persen dengan Nilai PMI BI di triwulan IV tahun 2023 di angka 52,50 atau berada pada fase ekspansi.