Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Hartono Gunadi menyebut bahwa vaksin dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang membawa komplikasi.
Dia menyebut campak sebagai contoh. Campak menyebar lewat udara, dan satu anak dapat menginfeksi 12 hingga 18 orang lainnya. Adapun komplikasi dari campak adalah pneumonia, diare, encephalitis atau radang otak, kebutaan, bahkan infeksi telinga.
"Nah, komplikasi tadi diare dan pneumonia. Keduanya itu merupakan penyebab kematian bayi. Ini merupakan hal yang bisa kita cegah dengan imunisasi," kata dr Hartono dalam konferensi pers Pekan Imunisasi Sedunia yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan juga, radang otak komplikasinya adalah gangguan kognitif yang dapat membuat anak kesulitan belajar, lemah, lumpuh, epilepsi, bahkan hidrosefalus. Contoh lain yang dia berikan adalah difteri, di mana terdapat sejumlah 103 kejadian luar biasa (KLB) di 19 provinsi pada 2023.
Dia menyebutkan bahwa pada penderita difteri, ada selaput yang menutup saluran nafas, dan gejala-gejala difteri berupa demam, sakit kepala, serta kesulitan bernafas. Selaput tersebut, katanya, tidak bisa sembarangan dibuang, karena disentuh saja sudah berdarah.
"Bagaimana kalau dia tersumbat saluran nafasnya? Jadi harus dibolongin di sini, namanya tracheostomy," katanya.
Dia menyebut, komplikasi akibat difteri termasuk penyakit jantung, gangguan ginjal, serta gangguan syaraf. Selain itu, dia mengatakan, angka mortalitas difteri adalah lima hingga 10 persen.
"Kalau tidak diobatin, mortalitasnya 50 persen meninggal. Pengobatannya tentu perlu antibiotik dan serum. Antidifteri serum. Antidifteri serum ini tidak diproduksi di Indonesia. Harus diimpor," katanya.
Hartono menyebut bahwa di negara lain, produksi serum itu semakin sedikit, karena kasus difteri mereka pun sedikit.
"Jadi kembali lagi, apa yang kita perlu lakukan? Yang perlu dilakukan adalah pemberian imunisasi," ujarnya.
Dia menyebutkan bahwa tiap tahunnya imunisasi sudah menyelamatkan sekitar 3,5 hingga 5 juta nyawa dari penyakit berbahaya seperti difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak. "Oleh karena itu imunisasi menjadi hak anak di seluruh dunia," katanya.
Baca juga: Komunikasi penting tingkatkan pemahaman soal imunisasi
Baca juga: Rotavirus sebabkan 90 persen kasus diare pada bayi
Dalam kesempatan itu, dia menyebutkan bahwa ada lebih dari 1,8 juta anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi, sehingga perlu dilakukan imunisasi kejar. Menurut dia, imunisasi perlu diberikan secara lengkap, dan bila pernah mendapatkan imunisasi satu kali, dapat dilanjutkan dengan imunisasi lainnya sesuai dengan jadwal imunisasi yang ideal.
"Kemudian mungkin diperlukan suntikan ganda. Suntikan ganda adalah pemberian suntikan beberapa kali, lebih dari satu kali pada saat perkunjungan. Suntikan ini terbukti aman, efektif, dan efisien," katanya.