Melestarikan tradisi menenun di Lombok lewat Festival Begawe Jelo Nyesek

id Lombok Tengah ,Kain tenun ,Nyesek

Melestarikan tradisi menenun di Lombok lewat Festival Begawe Jelo Nyesek

Perajin merajut kain tenun dalam Festival Begawe Jelo Nyesek Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB. ANTARA/Akhyar Rosidi

Lombok Tengah (ANTARA) - Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, selama ini menjadi salah satu tujuan wisatawan domestik dan mancanegara karena memiliki potensi alam yang indah.

Selain dikenal dengan keindahan alam, Lombok Tengah juga memiliki budaya dan beraneka ragam produk hasil kerajinan tradisional yang dibuat masyarakat.

Salah satu produk unggulan perajin Lombok Tengah adalah kain tenun songket yang dihasilkan dari para perajin tenun atau nyesek (menenun secara tradisional).

Untuk melestarikan kerajinan tradisi tenun tersebut, Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah berkolaborasi dengan Pemerintah Desa Sukarara, penggiat wisata, serta tokoh masyarakat menggelar Festival Begawe Jelo Nyesek (menenun masal) pada Sabtu, 28 Juli 2024.

Dalam festival tersebut, sekitar 500 perempuan atau perajin berjejer di tepi jalan raya di depan gedung kesenian desa setempat, dengan panjang barisan 500 meter lebih.

Atraksi menenun kain yang ditampilkan para perempuan itu menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun asing karena mereka bisa melihat langsung proses pembuatan kain tenun berbahan benang sutra maupun benang katun.

Wakil Bupati Lombok Tengah HM Nursiah mengharapkan Festival Begawe Jelo Nyesek ini dapat melestarikan kerajinan kain tenun tradisional.

Selain itu, juga dapat meningkatkan promosi kain tenun di pasar nasional hingga dunia agar dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan masyarakat khususnya di desa setempat.

Festival itu juga untuk mendukung peningkatan kunjungan wisatawan di Nusa Tenggara Barat khususnya Lombok Tengah. Potensi tersebut harus tetap dilestarikan dan dikembangkan untuk kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Lombok Tengah.

Wakil Bupati Lombok Tengah HM Nursiah saat menyapa Perajin tenun saat kegiatan begawe jelo nyesek Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB dalam rangka melestarikan kain tenun ANTARA/Akhyar Rosidi

Karisma Event Nusantara 2025

Pemkab Lombok Tengah terus melakukan berbagai program untuk mendukung pengembangan potensi desa demi mewujudkan desa yang mandiri dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Festival Begawe Jelo Nyesek merupakan potensi Desa Wisata Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

Ajang yang dilaksanakan setiap sekali dalam setahun tersebut telah dijadikan sebagai event kalender pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.

Dampak dari kegiatan tersebut sangat positif terhadap pergerakan ekonomi masyarakat sehingga pemerintah daerah akan mengusulkan Festival Begawe Jelo Nyesek itu menjadi salah satu ajang dalam Karisma Event Nusantara yang merupakan program dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno meluncurkan program Karisma Event Nusantara (KEN) sebagai upaya menggeliatkan ekonomi dengan menghadirkan event-event daerah yang berkualitas.

Untuk ke depan, rangkaian kegiatan itu harus direncanakan dengan baik, agar bisa memberikan manfaat masyarakat luas.

Perempuan penenun

Desa Sukarara merupakan salah satu desa dari 154 desa dan kelurahan di wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB.

Produk unggulan desa tersebut adalah kain tenun yang dibuat secara tradisional sehingga ditetapkan menjadi desa wisata tenun oleh pemerintah setempat.

Kegiatan membuat kain tenun hanya dilakukan oleh kaum perempuan sehingga sebagai besar ibu rumah tangga (IRT) di Desa Sukarara menjadi perajin kain tenun, termasuk anak perempuan yang sudah dewasa.

Kepala Desa Sukarara Haji Saman Budi mengatakan dari 12 ribu penduduk, sebagian besar bekerja menjadi perajin tenun dan petani serta sektor lainnya. Rata-rata IRT di Desa Sukarara mereka adalah perajin kain tenun.

Berdasarkan data, jumlah perajin tenun di Desa Sukarara mencapai 3.200 orang, sedangkan yang tidak menjadi perajin tenun dari total penduduk Desa Sukarara sebanyak 3.500 keluarga.

Sementara itu, perajin kain tenun Desa Sukarara Ramilah mengatakan kain tenun yang dihasilkan ini bisa dijadikan bahan baju adat, pakaian kerja, dan bahan baku pembuatan tas.

Harga kain tenun tersebut bervariasi, tergantung dari motif dan jenis kain yang dibuat. Harganya pada kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah per lembar.

Keahlian membuat kain dilestarikan secara turun-temurun. Belajar membuat kain tenun tradisional itu membutuhkan waktu cukup lama sehingga sejak ketika anak mulai menginjak dewasa, para ibu mengajarkan cara membuat kain tenun kepada anak perempuannya.

Pada tahap awal belajar menenun membutuhkan ketekunan. Kain tenun yang dibuat pada tahap itu adalah kain tenun polos. Setelah lancar dalam membuat kain tenun polos, baru dilanjutkan dengan membuat kain tenun bermotif.

Untuk menghasilkan kain tenun membutuhkan waktu 1 bulan hingga 3 bulan, tergantung dari motif dan ukuran lain tenun yang dibuat.

"Semakin banyak motif kain tenun yang dibuat, waktu pembuatannya kian lama. Kain tenun polos saja bisa 1 bulan untuk satu kain," kata Ramilah.

Lombok Tengah membukukan rekor Muri atas keberhasilan penyelenggaraan Festival Begawe Jelo Nyesek di Desa Wisata Sukarara pada 2023.

Rekor itu diberikan atas keberhasilan menyelenggarakan Festival Begawe Jelo Nyesek, yang merupakan budaya masyarakat untuk melestarikan tradisi tenun di Desa Wisata Sukarara.

Festival Begawe Jelo Nyesek itu dihadiri 2.023 penenun, yang merupakan warga Desa Wisata Tenun Sukarara, Kecamatan Jonggat.

Penghargaan itu diharapkan bisa memacu semangat para penenun untuk terus menenun sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di Lombok Tengah.

Para penenun diminta terus mempertahankan kualitas kain yang dihasilkan agar hasil karya kaum perempuan tersebut memiliki nilai tambah tinggi.

Oleh karena itu, pemerintah desa dan daerah harus proaktif memberdayakan para perempuan perajin kain tenun, terutama dalam menyiapkan pasar terhadap produk kerajinan mereka.