Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Senin naik di tengah sinyal pemotongan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, yang lebih jelas.
Pada akhir perdagangan Senin, rupiah ditutup menguat 53 poin atau 0,35 persen menjadi Rp15.439 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.492 per dolar AS.
"Pergerakan valas global dipengaruhi sentimen seputar kepastian The Federal Reserve berencana untuk menurunkan suku bunga," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, Senin.
Menurut risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir pekan lalu, kebijakan moneter kemungkinan besar akan dilonggarkan jika data ekonomi AS mendukung. Inflasi AS mulai turun secara bertahap mendekati 2 persen.
Selama pidatonya di Simposium Ekonomi Jackson Hole, Ketua Fed Jerome Powell dengan jelas mengindikasikan bahwa bank sentral akan memangkas suku bunganya dalam pertemuan September 2024.
Risiko inflasi AS telah menurun, dan FOMC memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa pertumbuhan harga akan kembali ke target 2 persen. Tanda-tanda itu mendukung rencana The Fed untuk menurunkan suku bunga dari level tertingginya selama 23 tahun saat yakni 5,25 persen hingga 5,50 persen.
Pasar memperkirakan penurunan suku bunga akan mencapai sebesar 100 basis poin (bps) untuk tiga pertemuan bank sentral yang tersisa tahun ini. Perkembangan tersebut membuat indeks dolar AS (DXY) jatuh menuju 100,5 hari ini.
"Saat ini kami melihat pasar akan mengantisipasi keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga. Peluang The Fed yang hampir pasti untuk memangkas suku bunga telah mendorong sentimen positif di pasar domestik dengan kembalinya aliran dana asing," ujarnya.
Sepanjang Agustus 2024, aliran dana asing ke pasar domestik Indonesia melalui pasar saham dan obligasi mencapai Rp49,1 triliun dengan capital inflow sebesar Rp19 triliun.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menanjak ke level Rp15.380 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.554 per dolar AS.
"Pergerakan valas global dipengaruhi sentimen seputar kepastian The Federal Reserve berencana untuk menurunkan suku bunga," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, Senin.
Menurut risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir pekan lalu, kebijakan moneter kemungkinan besar akan dilonggarkan jika data ekonomi AS mendukung. Inflasi AS mulai turun secara bertahap mendekati 2 persen.
Selama pidatonya di Simposium Ekonomi Jackson Hole, Ketua Fed Jerome Powell dengan jelas mengindikasikan bahwa bank sentral akan memangkas suku bunganya dalam pertemuan September 2024.
Risiko inflasi AS telah menurun, dan FOMC memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa pertumbuhan harga akan kembali ke target 2 persen. Tanda-tanda itu mendukung rencana The Fed untuk menurunkan suku bunga dari level tertingginya selama 23 tahun saat yakni 5,25 persen hingga 5,50 persen.
Pasar memperkirakan penurunan suku bunga akan mencapai sebesar 100 basis poin (bps) untuk tiga pertemuan bank sentral yang tersisa tahun ini. Perkembangan tersebut membuat indeks dolar AS (DXY) jatuh menuju 100,5 hari ini.
"Saat ini kami melihat pasar akan mengantisipasi keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga. Peluang The Fed yang hampir pasti untuk memangkas suku bunga telah mendorong sentimen positif di pasar domestik dengan kembalinya aliran dana asing," ujarnya.
Sepanjang Agustus 2024, aliran dana asing ke pasar domestik Indonesia melalui pasar saham dan obligasi mencapai Rp49,1 triliun dengan capital inflow sebesar Rp19 triliun.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menanjak ke level Rp15.380 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.554 per dolar AS.
Baca juga: Harga emas hari ini stabil di Rp1,420 juta per gram
Baca juga: Prediksi harga saham hari ini akan menguat terbatas seiring sinyal 'dovish' The Fed