Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan target investasi Indonesia pada 2025 mencapai 120 juta dolar AS, atau setara dengan sekitar Rp1.900 triliun bila dikonversi ke rupiah.
"Target investasi untuk tahun depan adalah sekitar 120 juta dolar AS untuk investasi luar negeri dan lokal," kata Rosan ketika memberikan sambutan dalam Gala Dinner bersama duta besar negara sahabat yang digelar oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta, Jumat malam.
Baca juga: Tiga pencapaian dari realisasi investasi Oktober 2019-Juni 2024
Rosan menjelaskan bahwa target investasi tersebut mencakup investasi dari luar negeri dan lokal, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam gala dinner bersama duta besar negara sahabat, Rosan menekankan pentingnya meningkatkan investasi, terutama dalam sektor energi yang berorientasi ekspor.
Baca juga: Menteri PANRB apresiasi reformasi birokrasi Kemenko Marves
Ia menjelaskan bahwa potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia mencapai sekitar 3.700 gigawatt, yang berasal dari berbagai sumber seperti panel surya, energi surya, hidro, biomassa, dan geotermal atau panas bumi.
"Kami ingin lebih banyak investasi, terutama dalam energi terbarukan yang berorientasi ekspor. Potensi Indonesia energi terbarukan adalah sekitar 3.700 gigawatt, datang dari panel surya, energi surya, hidro, biomassa, dan geothermal," ujarnya.
Rosan menyoroti bahwa Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar di dunia, khususnya di wilayah Jawa, dan ingin mendorong investasi di sektor ini. Peningkatan investasi energi terbarukan ini penting untuk mencapai komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi karbon menjadi net-zero pada tahun 2060.
Menteri Investasi juga menyampaikan bahwa meskipun memiliki potensi besar, implementasi investasi harus dilakukan dengan kolaborasi yang baik antara semua pihak. Dengan kerja sama yang solid, Rosan optimis Indonesia dapat memanfaatkan potensi energi untuk kemajuan ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan.
"Jadi, kita memiliki potensi yang besar, tapi dari potensi ini, kita tidak bisa melakukannya sendirian, kita harus bekerja sama," kata Rosan.