Gianyar, Bali (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali mengevaluasi pengelolaan satwa di lembaga konservasi setelah seekor gajah sumatera mati akibat terseret arus deras Sungai Wos di Kabupaten Gianyar.
“Evaluasi kami saat ini, jangan ada sosialisasi di seberang sungai saat musim hujan,” kata Kepala BKSDA Bali Ratna Hendratmoko di Gianyar, Bali, Selasa.
Menurut dia, memberikan kesempatan kepada satwa termasuk gajah untuk bersosialisasi dengan lingkungan atau alam merupakan kewajiban lembaga konservasi untuk memastikan kesejahteraan mental satwa.
Kesejahteraan satwa, lanjut dia, tidak hanya dari aspek gizi makanan tapi juga mental salah satunya kegiatan bersosialisasi atau berinteraksi dengan alam. Namun, ia menekankan kegiatan sosialisasi itu perlu mencermati kondisi cuaca terkini dan menghindari dilakukan di sekitar aliran sungai ketika musim hujan.
Ia menambahkan peristiwa tragis itu menjadi pembelajaran semua pihak mulai BKSDA dan terutama kepada lembaga konservasi salah satunya Bali Zoo.
Ia menjelaskan di Pulau Dewata terdapat 12 lembaga konservasi umum. Khusus untuk satwa gajah, lanjut dia, di Bali terdapat 85 ekor, sebanyak 15 (termasuk satu ekor yang mati) di antaranya berada di Bali Zoo.
“Kami prihatin, berduka dan juga sedih. Ini menjadi pembelajaran kami semua termasuk kami BKSDA, Bali Zoo bagaimana standar prosedur operasi, mitigasi kecelakaan. Ini bagian dari industri pariwisata di Bali, industri strategis yang harus dijaga,” imbuhnya.
Ia menyebut peristiwa gajah mati akibat terseret arus aliran sungai di lembaga konservasi merupakan peristiwa pertama terjadi di tanah air. Sementara itu, Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Bali Zoo Emma Kristiana Chandra mengungkapkan pihaknya akan melakukan perbaikan agar kejadian itu tidak terulang.
“Kami lakukan evaluasi internal agar bisa melakukan perbaikan,” ucapnya.
Baca juga: Gunung sampah NTB berubah menjadi taman wisata edukasi
Sebelumnya, seekor gajah betina bernama Molly terseret arus deras Sungai Wos pada Senin (16/12) sekitar pukul 15.30 Wita ketika pawang melakukan kegiatan rutin gajah bersosialisasi dan memberikan kesempatan satwa dilindungi itu bermain air di aliran sungai yang berada di area sekitar kebun binatang seluas sekitar 12 hektare itu.
Sayangnya, saat kejadian hujan deras mengguyur hampir seluruh wilayah Bali dari pagi hingga malam hari dan memicu air sungai tiba-tiba mengalir deras hingga menyeret satwa berbobot sekitar 2,5 ton itu.
Baca juga: Taman Loang Baloq Mataram masuk nominasi desa wisata berkelanjutan
Tubuh hewan berusia 45 tahun itu akhirnya ditemukan di dasar Sungai Cengceng yang sudah surut pada Selasa ini pukul 06.30 Wita di Desa Guwang, Sukawati, Kabupaten Gianyar atau sekitar 2,8 kilometer dari titik awal.
Hingga Selasa petang, tubuh Molly masih belum dapat dievakuasi karena kendala medan yang terjal dengan kedalaman jurang sekitar 5-10 meter.
Saat ini, petugas gabungan sedang berupaya melakukan evakuasi dengan langkah awal membuka akses karena medan yang terjal dan masih ditutupi pepohonan cukup lebat.