Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta pemerintah kabupaten dan kota di provinsi itu melakukan penanaman pohon pengganti tanaman jagung untuk merehabilitasi kawasan hutan.
Kepala BPBD NTB Ahmadi mengakui bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah NTB, disebabkan kesehatan daerah aliran sungai (DAS) dan vegetasi hutan yang terus menurun sejak beberapa tahun terakhir akibat masifnya alih fungsi kawasan hutan menjadi areal pertanian, khususnya tanaman jagung.
"Memang penanaman pohon ini jangka panjang sifatnya, karena tidak mungkin seperti kita membalikkan telapak tangan langsung dirasakan dampaknya, tetapi paling tidak ini cara kita mencegah banjir. Penanaman pohon ini juga harus dilakukan terus menerus, tidak boleh berhenti," ujarnya di Mataram, Kamis.
Baca juga: NTB menargetkan penanaman pohon kayu putih 40 ribu hektare
Ia mengatakan alih fungsi kawasan hutan menjadi areal tanaman jagung yang dilakukan oleh masyarakat, lebih didorong tekanan ekonomi yang tinggi daripada kesadaran menjaga alam. Oleh karena itu, untuk mengganti tanaman jagung ini, diperlukan komoditas pohon yang juga bermanfaat secara ekonomi atau pendapatan bisa dirasakan masyarakat.
"Ke depan kita perlu komoditas tanaman hutan yang cukup bagus supaya ada kompetitor sebagai pengganti lahan jagung. Misalkan, menanam pohon yang kayunya bisa menjadi kayu lapis, buat triplek, kertas dan sebagainya," kata Ahmadi.
Tapi, menanam pohon ini pun juga tidak cukup. Perlu didukung adanya pabrik-pabrik pengolahan kayu untuk membuat tadi (kayu lapis, triplek, kertas, red), sehingga kalau ada otomatis masyarakat akan beralih tanam pohon. Tentu tugas ini harus semua pihak (pemda, swasta, masyarakat).
Baca juga: TNI edukasi warga tanam pohon pelindung di Pandan Indah Lombok Tengah
Ahmadi mengingatkan pentingnya peran hutan dan pohon dalam menjaga keseimbangan kehidupan yang berlangsung di bumi serta mampu mencegah terjadinya bencana alam yang merugikan lingkungan.
"Setiap pohon bisa menjadi solusi dalam mencegah bencana alam, seperti longsor, banjir dan kekeringan. Oleh karena itu, menanam pohon menjadi kontribusi yang nyata untuk perbaikan lingkungan," ujar Ahmadi.
Lebih lanjut, Ahmadi mengatakan untuk jangka pendek, bagaimana perlunya semua pihak dapat meminimalisasi risiko bencana. Artinya, jika curah hujan tinggi, kemudian banjir dampaknya tidak terlalu merugikan masyarakat.
"Makanya, kita sudah membagi tugas habis dengan dinas teknis. Jadi, semua kita siaga, TNI dan Polri, Pemda," ujarnya.
Baca juga: UNW Mataram tanam 1.000 bibit pohon di Lombok Timur
Selain itu, juga siapkan logistik, berikan bantuan secukupnya begitu ada kejadian banjir atau tanah longsor. Karena, pada umumnya banjir yang melanda ini menerjang pemukiman, sehingga menyebabkan kerusakan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, rumah warga, dan lahan-lahan pertanian menjadi rusak karena terendam banjir.
"Kalau untuk stok beras bencana masih cukup, terpenting ketika masyarakat kekurangan, bupati/wali kota minta bantuan ke provinsi, kita langsung turunkan bantuan. Tinggal kecepatan kepala dinas di kabupaten/kota sebagai ujung tombak, tinggal minta saja," katanya.
Baca juga: KBRI Nairobi tanam pohon di Hutan Karura